25 Desember 2024
Beranda Bisnis Strategi Pengusaha “Coffee Shop” Bertahan di Masa PPKM

Strategi Pengusaha “Coffee Shop” Bertahan di Masa PPKM

Ilustrasi- coffe shop

Berbagai strategi dilakukan oleh para pengusaha coffee shop untuk bertahan di masa PPKM.

Ego Prayogo selaku Coffee Cart Strategy dari Kedai Kopi Guyon menambahkan bahwa pembatasan jam malam saat PPKM memaksanya untuk berinovasi dengan menghadirkan terobosan produk minuman ready to drink berkemasan kaleng yang dinamai “Pura-Pura”.

“Efek pandemi membuat konsumen ingin mengonsumsi produk yang higienis, bisa dibawa pergi dan dinikmati di rumah karena kebijakan pembatasan dine in oleh pemerintah,” ujar Ego dalam keterangannya pada Rabu (30/9) kemarin.

Sedangkan bagi Gemawan Wahyadhiatmika-founder Gerilya Coffee and Roastery, mengakui awalnya sulit baginya untuk beradaptasi dengan pandemi COVID-19, terlebih pangsa pasar dari usahanya adalah para pekerja kantoran yang datang untuk menikmati makan siang.

Penerapan kebijakan work from home (WFH) akhirnya mendorong Gerilya Coffee untuk lebih serius menggarap kanal penjualan online seperti lewat marketplace dan banyak beriklan di Instagram maupun Facebook untuk dapat mengarahkan pemesanan secara take away.

“Karena semua orang berusaha mengikuti kebijakan physical distancing, interaksi konsumen untuk datang tentu berkurang, konsumen ingin kemudahan memesan melalui gadgetnya,” kata Gemawan.

Dalam webinar bertema “The Coffee Shop Strategy in the Pandemic Period and PPKM” yang digagas oleh Food & Hotel Indonesia 2021, Andi Fahcri selaku direktur eksekutif Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI) mempublikasikan data survei yang dilakukan oleh SCAI dengan melibatkan 100 anggota coffee shop untuk mengetahui seberapa buruk dampak pandemi terhadap bisnis kopi di Indonesia, hasil survei tersebut menunjukkan pandemi berpengaruh terhadap penurunan penjualan hingga 70 persen saat periode PPKM diberlakukan sejak 3 Juli 2021 lalu.

“Industri kopi terpukul sangat berat, SCAI mencoba melakukan negosiasi dengan PLN untuk meringankan beban pebisnis coffee shop di Indonesia”, kata Andi Fahcri.

Tidak hanya di Indonesia, pandemi pun berdampak pada industri kopi di seluruh dunia. Andi menambahkan bahwa berdasarkan data yang dirilis oleh SCA secara global, terjadi perubahan pola konsumsi masyarakat sebesar 5.380 persen kenaikan penjualan yang bersumber dari take away dan online platform.

Selain itu, sebanyak 30 persen kenaikan perubahan pola pembayaran menjadi non-tunai di seluruh dunia untuk pembelian kopi, hal ini berpengaruh signifikan terhadap peningkatan opsi delivery (layanan antar pesanan) sebesar 300 persen.

Sebagai salah satu industri yang terdampak pandemi, pada awalnya industri kopi di Indonesia memang sangat tertatih-tatih, namun hal ini ternyata direspon dengan cepat oleh para pengusaha industri kopi lewat inovasi di berbagai produk serta pemanfaatan teknologi untuk penjualan dan sarana promosi di media sosial.

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra