Yudi Latif
Yudi Latif

Warsa berubah tak serta merta membawa kandungan dan kisah anyar.

Betapapun, kemunculan tahun baru memijarkan fajar kesadaran, betapa cepat kilatan saat melesat, tinggalkan kita dalam tumpukan masalah yang tersekap di masa silam.

Denyut jantung kita ibarat detak jam, yang setiap detiknya mengabarkan kehilangan dan penantian. Yang lewat adalah kekinian yang lekas lepas. Yang mendatang adalah kekinian yang segera menjelang.

Dengan angin keburukan yang kita tabur hari ini, masa lalu mewujud hantu, masa depan menuai badai. Dengan biji kebaikan yang kita tanam hari ini, masa lalu jadi lumbung keagungan, masa depan menyongsong panen kebahagiaan.

Jika pandangan kita ke depan digayuti kabut kerisauan dan pesimisme, sebab utamanya karena kita malas menanam pohon harapan.

Banyak orang menyia-nyiakan sang kala, seolah masa itu berlimpah, berputar melingkar. Sesungguhnya, waktu itu ibarat aliran sungai. Tak seorang pun bisa melintasi sungai yang sama dua kali. Sungai terus mengalir, manusia terus berubah. Waktu adalah milik kita yang paling berharga.

Dalam kaidah ekonomi, semakin jarang sesuatu dan kian sering digunakan, maka akan semakin bernilai. Kebanyakan hal yang bisa dimiliki bisa diisi ulang. Cadangan berlian dan emas bisa ditemukan, uang bisa dicetak kembali, tetapi tidak dengan waktu. Waktu yang hilang tak tergantikan. Waktu, sebagai sumber daya yang paling jarang, lebih berharga daripada emas dan uang.

Dalam pergulatan di sepanjang arus waktu, siapa kuasai masa lalu, kuasai masa depan; siapa kuasai masa kini, kuasai masa lalu. Maknanya, kemarin dan hari esok ditentukan hari ini. Lukisan Indonesia masa depan tergantung pilihan warna yang kita goreskan di atas kanvas saat ini.

Dalam melukis pelangi Indonesia hari ini, harus kita pastikan setiap detik jadi kreatif produktif, pilihan langkah sesuai arah, perilaku hidup bertingkah bijak, ragam warna berbuah indah, potensi diri dan negeri teraktualisasi jadi versi terbaik, gerak tumbuh mengakar ke bumi sendiri dan menjulang ke ketinggian perkembangan peradaban semesta. Kita perlu suar perjalananan untuk memastikan kemenangan dlm waktu. Menara cahaya dlm pergulatan waktu itu bernama “Visi Indonesia cemerlang”.

 

Yudi Latif 

Artikel ini ditulis oleh:

As'ad Syamsul Abidin