Jakarta, Aktual.com – Sebanyak 200 santri putra dan putri se-Indonesia akan berkumpul di Jakarta untuk mengikuti malam final Musabaqoh Kitab Kuning (MKK) yang digelar Dewan Koordinasi Nasional (DKN) Garda Bangsa di Graha Gus Dur, Kantor DPP PKB pada 21-22 Juli.
“Final Musabaqoh Kitab Kuning kali ini merupakan satu rangkaian kegiatan menyambut Harlah PKB ke-19. Dengan total hadiah yang diperebutkan mencapai angka Rp500 juta, plus umroh,” ujar Ketua DKN Garda Bangsa, Cucun Ahmad Sjamsurizal, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis (20/7).
Menurut Cucun, mereka yang berhak terbang ke Jakarta dan mengikuti final MKK merupakan santri terbaik dari masing-masing daerah karena sebelum berangkat ke Jakarta, mereka harus terlebih dahulu berkompetisi dengan rekan-rekan sejawatnya di daerah.
“Yang terbaiklah yang terpilih. Saya berharap di final nanti mereka mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya, serta tampil menjadi jawara,” katanya.
Sekretaris Fraksi PKB di DPR itu mengatakan, pembukaan malam final MKK dilakukan oleh Ketua Umum DPP PKB H Abdul Muhaimin Iskandar, dihadiri Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M Hanif Dhakiri, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Muh Nasir, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo dan beberapa pengurus teras DPP PKB.
“MKK ini merupakan gelaran kedua. Jumlah peserta yang mengikuti pun membludak, mencapai angka 2000 jiwa di seluruh Indonesia dengan ketegori ‘ula dan ulya,” kata Cucun.
Cucun menambahkan, kitab yang dilombakan dari mulai babak penyisihan di tingkat kabupaten dan kota, semifinal tingkat provinsi dan final tetap sama, yakni Kitab Fathul Qorib, Nadham Imrithi, Kitab Ihya Ulumiddin serta Nadham Alfiyah Ibnu Malik.
“Berbeda dengan tahun sebelumnya yang hanya melombakan kitab Ihya Ulumiddin. Ada pun babak final MKK tingkat Ula dengan kitab Fathul Qorib dan NadhamImrithi. Sedangkan tingkat Ulya adalah kitab IhyaUlumiddin dan NadhamAlfiyah Ibnu Malik,” katanya.
Lestarikan Esensi penyelenggaraan MKK sesungguhnya, menurut Cucun, adalah menjaga dan melestarikan khazanah-khazanah intelektual pesantren yang merupakan ciri khas dalam mengembangkan pendidikan karakter serta dalam rangka menjaga tradisi Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.
“MKK ini wajib dijaga dan dilestarikan sebagai tradisi intelektual pondok pesantren dalam rangka mengembangkan Islam Ahlus Sunnah waljamaah,” tuturnya.
Sementara itu, salah satu juri nasional dari LBM PBNU KH Abdul Moqsith Ghazali mengatakan, penyelenggaraan MKK kali ini menambah semangat para santri untuk semakin giat belajar mendalami ilmu-ilmu keislaman dari sumber-sumber utama.
“Dengan MKK ini, kita berharap akan tumbuh para ulama yang memiliki pengetahuan ilmu-ilmu keislaman yang mendalam. Mereka yang mampu menggali ilmu Islam langsung dari sumber-sumber utama. Sebab, mereka telah memiliki kemampuan gramatika bahasa di atas rata-rata,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Arbie Marwan