Menteri ESDM Sudirman Said memberikan keterangan pers tentang pencapaian kinerja Sub Sektor Pertambangan Mineral dan Batu Bara Semester I Tahun 2016 di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (21/7). Kementerian ESDM menyatakan hingga Juni 2016 sebanyak 534 dari 4.023 Izin Usaha Pertambangan (IUP) non Clean and Clear (CnC) atau yang tidak memenuhi peraturan telah dicabut izinnya, sementara itu 1.079 IUP diantaranya telah mendapat rekomendasi dari gubernur setempat untuk mendapat status CnC. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/ama/16.

Jakarta, Aktual.com – Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said, mengatakan Indonesia kerap melakukan impor ketika kekurangan ketersediaan barang (suplai) di berbagai sektor.

Menurutnya, solusi (impor) merupakan cara pandang yang salah, namun selalu dilakukan Pemerintah ketika dihadapkan dalam situasi yang demikian.

“Kita sering terperangkap pada cara pandang dan sikap kerja yang gampang, kalau kurang impor saja. Kan lebih murah,” ujar Sudirman Said dalam diskusi ketahanan energi di Universitas Gadjah Mada (UGM), Jakarta Selatan, Sabtu (24/9).

“Tidak sesederhana itu, tapi sebetulnya kita sedang membunuh national capacity,” sambung dia.

Dia menjelaskan, dari sektor pangan pada 2009, impor pangan hanya sebesar US$2 miliar dalam setahun. Kemudian pada 2014, meningkat kurang lebih lima kali lipat karena kebutuhan masyarakat yang terus meningkat setiap tahunnya.

Sedangkan dari sektor energi, khususnya minyak. Sudirman mengatakan tidak jauh berbeda dengan sektor pangan.

Menurutnya rentang antara kebutuhan minyak dengan produksi semakin lebar. Sementara pada sebelumnya, tidak ada kebijakan yang sangat progresif menyelesaikan persoalan tersebut.

Fadlan Syiam Butho

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan