Ilustrasi Ja’far Ash-Shadiq

Jakarta, Aktual.com– Meminta nasihat kepada seorang guru atau kepada para ulama merupakan salah satu bentuk perilaku yang sangat terpuji. Hal tersebut sering dilakukan oleh para Sahabat, Tabi’in dan juga para ulama-ulama lainnya.

Suatu ketika Imam Sufyan ats-Tsauri pernah meminta beberapa nasihat kepada cucu Rasulullah SAW yang bernama Imam Ja’far Ash-Shadiq. Berikut kisahnya:

Imam Sufyan Ats-Tsauri yang lahir pada tahun 716 M adalah salah seorang ulama fiqih dan tasawuf terkemuka pada zamannya saat itu meminta nasihat kepada Imam Ja’far As-Shadiq bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu Thalib yang lahir pada tahun 702 M

Selain karena lebih tua, Imam Ja’far adalah juga orang saleh dan berilmu. Kesempatan pertemuan ini tidak dilewatkan begitu saja oleh Imam Sufyan yang juga terkenal saleh dan berilmu.

“Wahai cucu Rasulullah, nasihatilah aku,” kata Imam Sufyan.

“Wahai Sufyan, tiada harga diri bagi orang pendusta, tiada kesenangan hati bagi orang pendengki, tiada persahabatan bagi orang yang mudah bosan, tiada kepemimpinan bagi orang yang berakhlak buruk,” kata Imam Ja’far.

“Wahai cucu Rasulullah, tambahkanlah nasihat tersebut,” kata Imam Sufyan.

“Wahai Sufyan, jagalah dirimu dari larangan Allah, niscaya kau menjadi hamba (yang baik). Ajari hatimu untuk ridha atas takdir Allah, niscaya kau menjadi muslim (yang baik). Bergaullah dengan orang lain dengan cara yang baik sebagaimana kau menginginkan mereka memperlakukanmu dengan baik, niscaya kau menjadi muslim (yang baik),” ucapnya

“Jangan kau bergaul dengan orang durhaka karena ia akan ‘mengajarimu’ kedurhakaannya (sebagaimana dalam hadits Rasulullah SAW, ‘Seseorang dapat dilihat dari beragama sahabatnya. Oleh karenanya, perhatikanlah kepada siapa kamu bersahabat.’) Bermusyawarahlah dengan orang yang takut kepada Allah untuk memberi pertimbangan dalam putusanmu,” lanjut Imam Ja’far.

Karena merasa masih butuh dengan nasihat Imam Sufyan berkata, “Wahai cucu Rasulullah, tambahkan lagi nasihat itu,” kata Imam Sufyan.

“Wahai Sufyan, siapa saja yang menginginkan kemuliaan tanpa karib kerabat/kabilah (di tengah masyarakat) dan wibawa tanpa kekuasaan, hendaklah ia keluar dari rendah kemaksiatan Allah menuju ketaatan-Nya,” kata Imam Ja’far.

Terakhir Imam Sufyan ats-Tsauri meminta tambahan nasihat lagi, “Wahai putra Rasulullah, tambahkan lagi nasihatmu,” kata Imam Sufyan.

“Ayahku mengajariku tiga hal, ‘Anakku, orang yang bersahabat dengan orang jahat tidak akan selamat. Siapa saja yang masuk melalui tempat jalan yang buruk, maka ia akan dituduh. Orang yang tidak dapat menguasai ucapannya akan menyesal di kemudian hari,’” kata Imam Ja’far.

Mendengar nasihat dari cucu Rasulullah, Sufyan ats-Tsauri merasa sangat bersyukur, kemudian nasihat yang disampaikannya tersebut ia pegang erat-erat dan dijadikan pedoman hidupnya.

Waallahu a’lam

(Rizky Zulkarnain)

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra