Jakarta, Aktual.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said marah besar kepada Direksi PLN yang selalu menentang garis kebijakannya dalam pengelola sektor listrik di Indonesia.

Bahkan kata-kata sumpah serapah meluncur dari mulutnya. Dia mengaku sudah kehabisan cara untuk melakukan pendekatan dan rasionalisasi kepada Direksi PLN terkait beberapa kebijakan yang tak sinkron dengan pelaksanaan.

“Saya sudah kehabisan cara. Bu Nieke (Direktur Perencanaan Korporat PLN, Nieke Widyawati), sampaikan ke tim management, hentikan kebiasaan protes kebijakan pemerintah. Menurut saya, masa depan kebohongan, kesewenang-wenangan, penindasan, mafia, itu akan suram. Siapapun pemimpin yang begitu masa depannya suram, yang bohong ke sana ke mari masa depannya suram,” ucap Sudirman pada acara Coffe Morning di Kantor Dirjen Ketenagalistrikan Jumat (22/7).

Lebih lanjut sudirman menyinggung dalam penyusunan regulasi yang berkaitan dengan PLN, pihaknya selalu melibatkan BUMN itu, tapi dia merasa heran dengan sikap PLN yang berani menentangnya. Bahkan dia merasa PLN lebih patuh pada Menteri BUMN, Rini Soemarno daripada Kementerian ESDM yang dipimpinnya.

“Prmen 1, 3, Permen Batubara. Padahal tidak ada satupun Permen yang disusun tanpa keterlibatan PLN. Bangun listrik bukan urusan unjuk power, urusannya nyala atau tidak. Terus, sering Direksi PLN bilang ‘orang tua kami dua’, tapi ibunya tuh ESDM, yang melahirkan, menyusui, alokasi gas, batubara. Bapaknya BUMN nilainya bagus nggak, labanya berapa. Ibu nya jangan di protes-protes terua ntar durhaka. Kasihan ibunya disakiti terus di depan publik. Regulator terus diprotes. Nanti orang lihat, ini pemerintah gimana sih,” ungkapnya.

Kemudian dia kembali menegaskan bahwa suasana hati dan emosinya mengalami gejolak marah yang sangat besar. Dia minta Direktur Utama PLN, Sofyan Basir menghentikan menyakiti hatinya denga melakukan pembangkangan.

“Kalau terus main di belakang itu perang modern. Jangan gitu lah. Bu Nieke sampaikan, hari ini saya berbicara keras. Hentikan kebiasaan memprotes kebijakan pemerintah. You can buy perception, you cant buy reality. Saya mau bangun reality. Pak Sofyan 2 tahun nggak pernah duduk di ruangan saya. Yang paling sering itu, acara-acara kita undang, Dirut PLN tidak ada. Saya tidak mau ada catatan kegagalan 35 GW itu akibat perilaku pimpinan,” tandasnya.

(Dadang Sah)

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan