Jakarta, Aktual.com – Pemerintah Indonesia kembali menerima utangan dari Bank Dunia. Utang itu akan digunakan untuk memperluas akses perumahan yang terjangkau bagi keluarga berpendapatan rendah.
Pinjaman dari Bank Dunia itu senilai US$450 juta atau setara Rp5,98 Triliun (dengan kurs Rp13.300). Utang itu telah diseutujui oleh Badan Direksi Eksekutif Bank Dunia pada tanggal 17 Maret 2017 lalu.
“Indonesia sedang mengambil langkah maju yang besar melalui program ini untuk memastikan agar keluarga berpendapatan rendah mempunyai rumah yang layak, aman dan terjangkau,” ungkap Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia, Rodrigo Chaves, di Jakarta, Senin (20/3).
Menurut Chaves, perumahan yang lebih baik telah terbukti membawa dampak positif terhadap capaian kesehatan masyarakat, pendidikan dan tenaga kerja.
“Makanya, bagi kami memberikan keluarga Indonesia akses rumah yang terjangkau merupakan hal penting untuk meningkatkan pemerataan kesejahteraan dan mengurangi kemiskinan,” tegas dia.
Utangan ini, kata dia, akan digunakan untuk mendukung skema Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) milik pemerintah. Skema tersebut memberi bantuan down payment (DP) sesuai dengan jumlah tabungan peneriman bantuan, juga cicilan sesuai standar pasar yang diberikan oleh institusi peminjam yang berpartisipasi dalam program ini.
Selain itu, ujarnya, pendanaan juga akan mendukung peningkatkan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS), dengan sasaran 40 persen keluarga berpenghasilan terbawah di Indonesia.
Menurutnya, Indonesia menghadapi permintaan perumahan terjangkau dalam jumlah besar, dengan kebutuhan satu juta unit tiap tahunnya. Sekitar 20 persen dari 64,1 juta unit rumah berada dalam kondisi buruk. “Sekitar 22 persen penduduk perkotaan Indonesia, atau sekitar 29 juta orang, tinggal di kawasan kumuh,” ungkapnya.
Pendanaan ini juga akan mendukung pemerintah dalam memajukan kebijakan dan reformasi institusi yang bertujuan memperkuat fondasi pasar perumahan. Program ini akan dijalankan melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan memberi fokus mengatasi kurangnya persediaan.
“Dengan semakin banyaknya orang yang tinggal dan bekerja di perkotaan, dukungan bagi proses urbanisasi yang inklusif dan terencana dengan menambah pasokan perumahan menjadi semakin penting untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,” imbuh Program Leader Bank Dunia, Taimur Said.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan