Jakarta, Aktual.com – PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengaku kesulitan menjangkau desa-desa di Papua dan Maluku. Pasalnya kondisi geografis daerah itu membuat PT harus mengeluarkan kocek yang lebih dalam membangun transmisi dan biaya bahan baku pembangkit.
Direktur Bisnis Regional Maluku-Papua, Hariyanto, menuturkan, dalam hal biaya biaya transportasi, PLN harus membayar hingga Rp 33.000 per liter. Dengan cost produksi yang tinggi, tentunya menjadi beban bagi perusahaan.
“Kalau akses bisa dengan darat atau air itu bisa menyelesaikan masalah 90 persen, tapi kalau harus dengan udara pertanyaannya bagaimana aku bisa bawa mesin, bawa tiang,” kata Direktur Bisnis Regional Maluku Papua Hariyanto WS dalam press briefing di kantor PLN Pusat, Selasa (25/4).
Selama ini, setiap membangun jaringan listrik untuk dapat didistribusikan di desa-desa wilayah Papua dan Maluku harus dilakukan pemisahan perangkat. Pasalnya untuk membawa peralatan harus dilakukan seefisien mungkin.
“Pengalaman kami semua dipecah-pecah ketika bawa ke Wamena untuk ada pesawat. Kita angkut bertahap. Bayangkan kalau itu di puncak Jaya Wijaya. Misal bawa alat berat itu harus dipecah – pecah kalau udah selesai ditinggalkan aja sebab dibanding bawa balik ke Jayapura harganya lebih mahal dibanding beli baru,” jelas Hariyanto.
Terkait dengan capaian pada 2016 lalu dalam melistriki desa, PLN mengklaim sudah berhasil menjangkau 96 desa untuk Papua dan Papua Barat. Sedangkan di Maluku dan Maluku Utara sudah teraliri listrik sebanyak 34 desa.
Untuk tahun ini, PLN menargetkan sebanyak 365 desa di Papua dan Maluku teraliri listrik. Jumlah target ini 4 kali lipat lebih besar dari capaian pada 2016 lalu.
“Listrik pedesaan tahun lalu 2016 ada 100an desa yang berhasil kami listriki di Papua dan Papua Barat itu anggaran Rp 350 miliar,” pungkasnya.
(Dadangsah Dapunta)
Artikel ini ditulis oleh: