Yogyakarta, Aktual.com – Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X berharap kader Muhammadiyah membantu merawat hubungan Keraton Ngayogyakarta dengan Pemerintah Arab Saudi yang telah terjalin sejak masa Hamengku Buwono II.
“‘Ngarsa Dalem’ (Sultan) mengingatkan bahwa jejak sejarah ini perlu terus disambung,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir seusai bertemu dengan Sultan di Kantor Kepatihan, Yogyakarta, Selasa (18/9).
Menurut Haedar, Keraton Ngayogyakarta sejak masa kepemimpinan Hamengku Buwono (HB) II telah memiliki hubungan yang baik dengan Kerajaan Arab Saudi yang ditandai dengan dibangunnya Gedung Wakaf Mataram sebagai tempat singgah para jamaah haji asal tanah Jawa.
Sejak saat itu, hingga masa kepemimpinan HB VIII setiap tahun Keraton Ngayogyakarta selalu mengirimkan delegasi ke Arab Saudi, khususnya dari para penghulu Keraton untuk menunaikan ibadah haji.
“Ini tentu menunjukkan bahwa sejak awal berdirinya Keraton Mataram Yogyakarta telah memiliki hubungan baik dengan Pemerintah Saudi yang tentu memiliki kaitan dengan Islam,” ujar Haedar.
Oleh sebab itu, menurut Haedar, upaya untuk menggaungkan kembali jejak sejarah yang telah terjalin antara Kerajaan Mataram Islam dengan Arab Saudi merupakan salah satu tanggung jawab Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang sejarah pendiriannya tidak bisa dipisahkan dari Keraton Yogyakarta.
“Pada masa HB VII, Kiai Ahmad Dahlan sendiri yang saat itu sebagai penghulu Keraton bahkan mendapatkan restu dari Keraton untuk mendirikan Muhammadiyah,” kata dia.
Selain membahas hubungan Keraton Yogyakarta dengan Kerajaan Arab Saudi, menurut Haedar, pertemuan jajaran pengurus PP Muhammadiyah dengan Sultan juga sempat menyinggung berbagai masalah kebangsaan khususnya dalam menghadapi tahun politik.
“Dalam konteks ini kita ingin Keraton, Muhammadiyah, dan kekuatan-kekuatan lain di Yogyakarta mampu menjadi kekuatan moral untuk menjaga keseimbangan dalam membangun harmoni dan integrasi,” tutur Haedar.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh: