Jakarta, Aktual.com – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati masih belum dapat memastikan asal-usul gempa yang terjadi hingga tiga kali di wilayah Sumedang kota, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, pada Minggu (31/12) di siang, sore, dan malam hari.
Dwikorita menyatakan bahwa gempa yang terjadi di Sumedang disebabkan oleh sesar aktif yang masih belum dapat diidentifikasi. Beberapa sesar yang disebutkan, seperti sesar Lembang, sesar Baribis, dan sesar Cileunyi-Tanjungsari, diakui olehnya.
Meski demikian, Dwikorita menambahkan bahwa jarak sesar-sesar tersebut relatif cukup jauh dari pusat gempa di Sumedang.
Apakah ini berasal dari patahan sesar yang sudah ada atau mungkin ada patahan baru, hal ini perlu melalui kajian ilmiah atau investigasi lebih lanjut.
“Untuk saat ini, kami sifatnya masih memonitor, belum bisa memastikan sumber dari gempa ini. Sehingga, kami belum bisa memastikan penyebabnya. Karena, ada yang lebih urgent yaitu menenangkan dan menyelamatkan warga terlebih dahulu,” kata Dwikorita saat jumpa pers via Zoom Meeting, Senin (1/1) dini hari WIB.
Dwikorita memberikan imbauan kepada masyarakat untuk tetap menjaga ketenangan, meningkatkan kewaspadaan, dan tidak terpengaruh oleh informasi palsu yang beredar di media sosial.
“Kami imbau masyarakat di Sumedang tenang namun tetap waspada. Gempa di Sumedang ini juga memberi pelajaran bahwa daerah yang jarang terjadi gempa juga bisa terjadi gempa, sehingga harus siap. Jadi, sikap kita harus siap menghadapi gempa ini,” ujar Dwikorita.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mencatat bahwa gempa yang terjadi di Sumedang pada waktu tersebut sebelumnya juga pernah terjadi pada tanggal 19 Desember 1972.
“Dampak gempa (Saat itu), lebih besar dari saat ini. Namun begitu, warga di Sumedang harus tetap waspada, terutama di wilayah perbukitan, karena gempa yang terjadi dapat memicu bencana longsor. Mengingat, Sumedang ini memang didominasi kawasan perbukitan yang rawan longsor,” ungkap Daryono.
Daryono juga mengamati bahwa di Kabupaten Sumedang, banyak rumah yang tidak dibangun dengan prinsip pertumbuhan bangunan atau konstruksi yang tahan terhadap gempa.
“Ke depan, ini harus lebih diperhatikan, terutama dalam membangun rumah. Tentunya, harus rumah yang tahan gempa,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Yunita Wisikaningsih