Jakarta, Aktual.co —Suara desing peluru dan bom terdengar menggelegar di sepanjang jalan pahlawan Surabaya. Sayup-sayup dari kejahuan, terdengar suara teriakan minta tolong. Lambat laun suara itu terdengar dekat dan keras.
Jerit tangis perempuan dan bocah terdengar bersahutan. Tak jelas siapa yang menangis. Kondisi jalan Pahlawan Surabaya sudah penuh asap. Tong-tong sampah bertumpukan jerami di sepanjang jalan, terbakar habis. Listrik pun padam.
“Surabaya Membara.” Itulah tema dari drama kolosal yang melibatkan 1.200 prajurit TNI dan seniman Surabaya dalam rangka puncak peringatan Hari Pahlawan.”
“Jadi drama kolosal ini kita buat sedemikian rupa persis dengan gambaran saat perang di jalan pahlawan ini. Intinya, ini sebuah karya penghargaan untuk menghormati jasa-jasa pejuang. Agar masyarakat tahu betapa pedihnya perang itu.” Kata produser Surabaya Membara, Taufik Monyong, minggu malam (9/11).
Drama kolosal yang bertemakan Surabaya membara ini menceritakan peristiwa perobekan bendera Belanda di Hotel Orange serta menceritakan tewasnya jendral besar sekutu Brigjen Malabi yang akhirnya tercetus perang 10 November.
Ketika drama diawali dengan orang-orang bersepeda, tepuk tangan meriah pun terdengar riuh.
Meski drama kolosal dilakukan di sepanjang jalan Pahlawan, namun warga yang hadir mencapai ribuan. Akibatnya, mereka berdesak-desakkan. Tidak sedikit yang tidak bisa menonton sehingga memilih duduk di pinggiran jalan.
Bahkan jembatan layang rel kereta api pun dimanfaatkan warga sebagai tempat menonton, dengan risiko berbahaya jika ada kereta lewat.
Diketahui, bahwa drama kolosal sengaja ditempatkan di jalan Pahlawan, lokasi tersebut terjadi pusat peperangan antara pribumi melawan sekutu pasca tewasnya jendral besar sekutu, Brigjen Mallaby.(Ahmad H. Budiawan)
Artikel ini ditulis oleh: