Jakarta, Aktual.co — Menteri Luar Negeri Suriah, Walid al-Muallem, menegaskan pihaknya tidak akan mengizinkan kehadiran pasukan darat asing di wilayahnya, untuk melawan kelompok Negara Islam (IS).

Berbicara dalam konferensi pers di Damaskus, Muallem juga mengatakan, Jordan belum menanggapi permintaan Suriah untuk mengkoordinasikan upaya-upaya melawan IS setelah kelompok itu membunuh pilot Jordania yang ditangkapnya.

“Sejauh ini, tidak ada koordinasi antara Suriah dan Jordania dalam perang melawan terorisme,” kata Muallem pada konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Belarusia Vladimir Makei, dilansir dari AFP, Senin (9/2).

“Adapun laporan media mengenai pasukan darat memasuki Suriah, kami katakan dengan jelas bahwa … kami tidak akan mengizinkan siapa pun untuk melanggar kedaulatan nasional kami dengan intervensi untuk melawan IS,” kata Muallem.

“Tentara Arab Suriah dengan penuh hormat melakukan tugas ini.” Damaskus secara berkala menuduh Jordania mendukung “terorisme” di Suriah karena dukungannya pada pemberontakan terhadap Presiden Bashar al-Assad.

Pekan lalu, ia meminta Amman untuk bekerja sama dalam upaya melawan “terorisme” setelah video yang menunjukkan pembunuhan seorang pilot Jordania yang ditawan oleh IS di Suriah.

Jordania adalah anggota dari koalisi pimpinan Amerika Serikat yang melakukan serangan udara terhadap IS di Suriah dan Irak. Pilot Maaz al-Kassasbeh ditangkap pada Desember ketika pesawatnya jatuh di Suriah.

Lebih dari 210 ribu orang tewas dalam konflik Suriah yang dimulai pada Maret 2011, dan sekitar separuh penduduk telah mengungsi.

Perang telah menciptakan kebutuhan kemanusiaan besar-besaran, namun Muallem mengkritik masyarakat internasional, mengatakan masyarakat internasional gagal melakukan tugasnya.

“Organisasi-organisasi internasional mengklaim kurangnya sumber daya karena keengganan donor untuk meningkatkan sumbangan mereka,” katanya.

“Pemerintah Suriah menyumbang lebih dari 70 persen dari bantuan” di dalam negara, kata dia, seraya menuduh negara-negara yang mendukung oposisi menghabiskan uang untuk senjata, bukan bantuan.

Amerika Serikat, yang secara rutin menjadi target kemarahan Pemerintah Suriah karena dukungannya kepada para pemberontak, adalah donor terbesar bagi banyak lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa yang bekerja di negara itu, seperti Program Pangan Dunia.

Konflik Suriah terus berkobar meskipun beberapa putaran upaya rekonsiliasi internasional telah dilakukan.

Utusan perdamaian Perserikatan Bangsa Bangsa Staffan de Mistura dijadwalkan mengadakan pembicaraan di Damaskus pada Selasa tentang rencananya untuk “membekukan” pertempuran di provinsi utara Aleppo.

Muallem mengatakan Damaskus akan menyambut De Mistura, namun menegaskan pemerintah hanya akan menyetujui rencana untuk menghentikan pertempuran di Kota Aleppo, bukan provinsi secara keseluruhan.

Artikel ini ditulis oleh: