Kondisi saat ini perlu reorientasi ekonomi-politik yang Menjungkir Struktur Pertanian supaya demokratis BUMN, korporasi, entrepreneur menjadi Pertanian rakyat, pertanian keluarga agroekologi dan Pertanian rakyat, pertanian keluarga agroekologi menjadi BUMN, korporasi, entrepreneur. AGROEKOLOG dalam hal ini Model pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan, Berpusat di komunitas dan keluarga, Pendapatan dan kesejahteraan petani meningkat. Adapun dalam mewujudkan hal tersebut Prof. Andreas bersama AB2TI, melakukan program aksi melalui benih dan teknologi karya petani kecil melakukan penerapan konsep agroekologi dengan menggunakan varietas IF8, PROVIBIO dan teknologi karya petani kecil di 13 Kabupaten di Pulau Jawa, gerakan rakyat untuk kedaulatan pangan dalam bentuk Warung Kedaulatan Petani dan AB2TI MART yang mana Sejak Tahun 2016 dilakukan Pembentukan 7 Pusat Produksi untuk Pupuk Hayati PROVIBIO dan Pembentukan 13 Pusat Perbenihan kemudian Tahun 2018 membentuk Koperasi AB2TI, Pembangunan Dryer, RMU dan Gudang di 13 Kabupaten dan membeli gabah petani anggota dengan harga saat itu, simpan, jual, selisih penjualan dikembalikan sebagian ke petani.
Pembicara diskusi lainnya Ir. Suwidi Tono, Pengamat Pertanian dan Dewan Pakar DPN ISRI memaparkan bahwa gambaran umum pertanian Indonesia tercatat jumlah petani dan rumah tangga pertanian menurun (dari 39,22 juta jiwa tahun 2013 menjadi 38,97 tahun 2014, 37,75 juta tahun 2015, (BPS), dan diperkirakan tinggal 33 juta tahun 2017 (61 % petani berusia >45 tahun), jumlah nelayan tangkap merosot 50% dari 1,6 juta jadi 864 ribu Rumah Tangga dalam 10 tahun terakhir, sebaliknya nelayan budidaya naik dari 985 ribu jadi 1,2 juta RT.
Jumlah peternak ayam ras turun drastis dari 800 ribu 1987 jadi tinggal 67 ribu tahun 2017. Pangsa pertanian terhadap PDB turun dari 22,09% th 1990 jadi 13,45% th 2016, Serapan Tenaga Kerja Pertanian turun dari 55,1 % th 1990 jadi 31,9 % th 2016, Alih fungsi lahan pertanian mencapai 100 ribu Ha per tahun, sedangkan cetak sawah baru hanya setiap tahun hanya sekitar 20 ribu Ha/th.
“Dari 8,1 juta Ha lahan pertanian, sekitar 3,4 juta Ha di Jawa tetapi dg kondisi “miskin hara” (73% lahan kandungan unsur organiknya di bawah 2%), Populasi sapi 16,6 juta ekor (stok siap potong 2,3 juta ekor/tahun dari kebutuhan 3,4 juta ekor/tahun); kerbau 1,4 juta ekor; ayam ras petelur 167 juta ekor, ayam ras pedaging 1,7 milyar ekor; itik 58 juta ekor,” jelasnya.
Dirinya mencermati terjadi anomali Pertanian yaitu anggaran kedaulatan pangan 2017: Rp 103,1 triliun (naik 53,2% dari th 2016), keamanan Pangan peringkat ke-69 dari 113 negara mutu & keamanan pangan ke 86 dari 113 negara (Global Food Security Index 2017), subsidi pupuk, benih serta bantuan alsintan Rp 40 – 45 triliun/tahun (jatuh ke petani kaya yg jumlahnya 5%, 65% petani miskin hanya terima subsidi 3%), penurunan kemiskinan dari 14,37% menjadi 13,96% (BPS, Maret 2017), padahal pertumbuhan ekonomi rata-rata 4,97% per tahun,Indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan meningkat dari 2,26% menjadi 2, 49% dan dari 0,57 menjadi 0,67%, Nilai Tukar Petani (NTP) menurun dari 101,98 (2014) menjadi 100,71 (2017), empat komoditas pangan utama naik (daging sapi 16,5%, beras medium 18,9%, gula pasir 19,7%, dan bawang merah 47,8%) padahal angka inflasi 5 – 6 %/th, impor jagung nol, tapi impor white shorgum (wheat) melonjak, terbatasnya pasokan benih lokal unggul (padi, hortikultura, ternak)
Persoalan Impor, Impor gandum naik dari 7,77 juta ton th 2015 menjadi 9,79 juta ton th 2016, impor hortikulkultura (sayur & buah-buahan) capai sekitar Rp 25 triliun/th, Benih unggul terbatas dan impor (hibrida), kapitalisasi industri ayam ras (daging & telur) Rp 460 triliun per tahun, 100% Grand Parent Stock (GPS) impor: tahun ini 650 ribu GPS broiler (akan menjadi sekitar 3,4 milyar ekor Day Old Chick) & 36 ribu layer, 70% bahan pakan impor (jagung, bungkil kedelai, dll), industri peternakan ayam lokal kena batasan negative list (hanya boleh investasi maksimal Rp 10 miliar sesuai Perpres 44/2016), produksi perikanan merosot, ekspor 2016 hanya 4 milyar dolar AS (bandingkan dg Vietnam yang luas lautnya hanya 1/30 Indonesia tapi ekspornya 7 milyar dolar AS tahun 2016). Ujar Ketua RW yang membawahi sekitar 3.000 jiwa warga ini, yang juga melakukan dau ulang sampah di wilayahnya sebagai program aksi dilingkungan terkecil yang Ia bisa lakukan.
Atas persoalan tersebut, dirinya merekomendasi terkait anggaran dan kebijakan antara lain; Utilisasi anggaran harus tepat sasaran (cetak sawah, pemanfaatan lahan sub-optimal, subsidi pupuk –benih-alsintan, floor price dan ceiling price khusus untuk gabah; daging dan telur ayam; jagung), Konsolidasi lahan pertanian sempit lewat kelompok petani (di Jawa), Diversifikasi pangan (terutama untuk substitusi gandum yg impornya 2016 telah mencapai 10,8 juta ton, 1/3 dari produksi gabah nasional per semester), Perluasan penggunaan benih unggul lokal (padi, jagung, hortikultura) untuk menekan impor dan memulihkan kesuburan tanah, Pembangunan sentra peternakan rakyat (sapi dan ayam) dengan pendampingan terarah dan berkelanjutan, Pembinaan dan pendampingan nelayan agar memiliki kapasitas optimal (termasuk mengatasi jebakan utang & penghisapan terstruktur), Revolving fund, subsidi KUR, PKBL BUMN harus tepat sasaran, adaptif, dan melibatkan insitusi pendampingan untuk asistensi teknis dan manajerial
Artikel ini ditulis oleh:
Eka