“Sosialisasi dan tatap muka serta rutinitas menerima kedatangan para pendukung dari berbagai pelosok terus berlangsung. Alhamdulillah saya sehat semoga demikian seterusnya, ini seperti sedang lomba marathon, harus kuat stamina dan konsisten.”

Kira-kira siapa lawan terberat anda?

“Saya kira belum ada lawan sekarang ini. Inikan masih penjaringan, ibarat balap mobil F1 itu namanya masih kualifikasi. Percuma juga sekarang ini jor-joran, habis-habisan, berkampanye secara dominan dan gelar berbagai event besar tapi ternyata tidak diusung partai politik. Kita ini sedang kontes, saya setuju istilah itu, biarlah partai politik memilih siapa yang terbaik untuk diusung dan diserahkan kepada rakyat untuk dipilih nantinya. Mekanisme politik ini sudah mapan dan kita ikuti saja.”

Bagaimana pandangan Anda tentang Herman Deru, menurut klaimnya, dia unggul sekarang?

“Beliau sahabat saya, kami sudah mengenal cukup lama. Dia tokoh yang baik dan layak untuk mencalonkan diri. Biarlah rakyat yang memilih, siapa diantara kami yang terbaik menurut mereka. Kalau soal klaim elektabilitasnya unggul ya tidak apa-apa, namanya klaim, kita harus saling menghormati. Begini, sekarang ini kan dunia sudah maju, metode dan teknik pengukuran dalam politik juga sudah semakin mutakhir. Dulu dukun masih dipakai untuk memprediksi kemenangan, sekarang sudah beda.”

“Dulu mana ada kampanye melalui facebook dan instagram atau twitter, sekarang kan itu dipakai. Sama juga dengan survei, kapan disurvei, metodenya bagaimana, lembaganya apa, kredibilitas lembaga surveinya bagaimana, ini menjadi pertimbangan. Saya belajar betul dari Pilkada DKI kemarin, coba anda buka arsip berita survei DKI itu, banyak bukan lembaga yang kecele, memprediksi Pak Ahok akan menang, tahunya kalah. Artinya buat saya adalah penting untuk menempatkan metode ilmiah yang bisa dipercaya dalam mengukur elektabilitas dan sejenisnya.”

Bagaimana sikap anda jika Dodi Reza Alex, putera gubernur petahana ikut dalam kontestasi?

“Iya tidak apa-apa. Itu hak politiknya. Undang-undang menjamin warga negara untuk dipilih dan memilih. Tentu saya sependapat dengan banyak komentar yang sampai ke saya, apa tidak sebaiknya Adinda Dodi ini teruskan amanah di Muba, kan baru saja dilantik, setahun saja belum. Menyusun APBD sendiri saja mungkin belum. Ini kan soal janji kampanye dan soal etika. Tapi secara politis dan yuridis kan tidak masalah dan saya kira tidak menjadi persoalan, mungkin malah kontestasi semakin menarik.

Jika anda lolos diusung partai politik, dengan siapa kira-kira akan berpasangan?

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu