Dalam syairnya, Ibnu Al Faridh memohon kepada Allah SWT agar dijadikan orang yang mampu memandang alam jagad ini sebagai salah satu dari madzahir atau penampakan Allah SWT yang tidak mungkin dapat ia lihat (di dunia ini) kecuali melalui perantara alam, Dia Bersemayam dibalik setiap ciptaan-Nya dan meyakini bahwa ciptaan-Nya tersebut sebagai khamr atau hijab penutup yang merupakan bagian dari kemuliaan-Nya, pencapaian maqam itulah yang beliau maksudkan dalam syair permohonannya kepada Allah SWT, karena syair tersebut ditulis pada saat beliau masih dalam tahapan suluk, tajarrud dan mujahadah demi mencapai maqam “wushul”.
Kesimpulan tersebut berdasarkan pengamatan atas pemaparan beliau sendiri (Ibnu Al Faridh) dalam syair lainnya yang berjudul “Khumuriyah” yang beliau tulis ketika pencapaiannya sudah sampai pada maqam “wushul”, dimana ia mengungkapkan bahwa al khamr (penutup/hijab) adalah al karam (kemuliaan) dan begitu pula sebaliknya ia mengatakan bahwa al karam (kemuliaan) juga adalah al khamr (hijab penghalang).
Laporan: Deden Sajidin
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid