Jakarta, Aktual.com – Tasawuf adalah manhaj/metoda pembinaan spiritual dan penataan suluk/ perilaku seorang muslim agar ia dapat mencapai tingkatan martabat ihsan yang telah di definisikan oleh baginda Nabi Muhammad SAW dalam sabdanya:

أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

Artinya: “Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak bisa beribadah seolah-olah melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” [HR. Muslim]

Tasawuf adalah suatu program tarbiyah/pendidikan yang menitik beratkan pada pembersihan jiwa dari setiap penyakit hati yang dapat menghalangi manusia dari (mendekatkan diri kepada) Allah swt, dan bentuk upaya mengevaluasi penyimpangan psikologis dan perilaku yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan, dengan orang lain dan maupun dengan dirinya sendiri.

Thoriqah tasawuf/Sufisme merupakan sebuah akademi dimana di dalamnya ada proses pembersihan psikologis dan evaluasi atas setiap perilaku, sedangkan seorang Sheikh/guru tasawuf adalah ia yang memerankan nilai-nilai tersebut sekaligus yang melakukan penggemblengan pada siswa atau para muridnya.

Jiwa manusia secara tabiatnya terakumulasi dengan berbagai penyakit (kejiwaan) seperti: kesombongan, keangkuhan, tipu daya, egois, bakhil, amarah, riya, hasrat berbuat dosa dan melanggar, memuaskan hasrat, membalas dendam, kebencian, kedengkian, kebohongan dan keserakahan, sebagaimana firman Allah SWT dalam kisah Imraah al ‘aziz (Zulaikha):

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya : “Dan aku tidak akan membebaskan hawa nafsuku, karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [QS:Yusuf/12 ayat 53]

Atas dasar ayat tersebut, para pendahulu kita/para ulama salaf memandang bahwa tarbiyah/pembinaan terhadap kejiwaan dan menetralisir penyakit-penyakitnya merupakan hal yang sangat dharuri/urgen, agar seseorang dapat hidup harmonis di tengah-tengah masyarakat dan sukses dalam menempuh perjalanan (spritual)nya menuju Allah SWT.
Thoriqah Sufi yang benar memiliki sejumlah ciri, antara lain:

Pertama: Berpegang teguh/Patuh pada Al Quran dan As-Sunnah yang menjadi manhaj thoriqah kaum sufi sehingga setiap (thoriqah) yang bertentangan dengan Al Quran dan As-Sunnah bukan termasuk bagian dari thoriqah, justru thoriqah akan menolak dan melarang perkara tersebut.

Kedua: jangan mengira bahwa thoriqah adalah doktrin-doktrin tersendiri yang terpisah dari ajaran-ajaran syariat, justru thoriqah merupakan esensi dari hukum-hukum syara itu sendiri.

Dan tasawuf mempunyai tiga aspek utama yang semuanya itu ditekankan dalam Al-Qur’an, yaitu:

Pertama: Memfokuskan perhatian pada urusan nafs (kejiwaan/hati/ruh), memonitor dan membersihkannya dari kekotoran/keburukan, Allah SWT Berfirman:

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا – فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا – قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا – وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا

Artinya: “dan (demi) jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” [QS:Asy-Syams/91 ayat 7-10]
Kedua: Memperbanyak dzikir kepada Allah SWT, sesuai firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا

“Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya” [QS:Al Ahzab/33 ayat 41]

Dan Rasulullah SAW bersabda :

لَا يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ

Artinya: “hendaklah mulutmu senantiasa basah karena berdzikir kepada Allah” [HR:Turmudzi dan Ahmad]

Ketiga: Zuhud di dunia, tidak ada ketergantungan pada hal duniawi dan mencintai akhirat. Allah Berfirman:

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآَخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Artinya: “Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” [QS:Al An’am/6 ayat 32]

Adapun Sheikh thoriqah yang mentalqinkan bacaan-bacaan dzikir kepada para murid dan membantu membersihkan kejiwaan dari berbagai noda serta menyembuhkan penyakit-penyakit hati mereka, maka ia adalah (seakan) orang yang ahli dalam meracik resep dan mampu melihat, mempertimbangkan dan menentukan manhaj/pendekatan mana yang paling cocok bagi seorang pasien yang disesuaikan dengan keadaan muridnya (yang diibaratkan seorang pasen tersebut).

Demikianlah metode pembinaan Rasulullah SAW (pada umatnya), ketika memberikan nasihat kepada orang lain, beliau SAW membimbing setiap orang supaya bisa lebih dekat kepada Allah SWT sesuai dengan kapasitas mereka masing-masing yang berbeda-beda. diriwayatkan, ketika ada seorang lelaki yang datang dan berkata: Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang sesuatu/amalan yang dapat menjauhkanku dari murka Allah, Rasulullah SAW menjawab:

لاَ تَغْضَبْ

Artinya: “kamu Jangan suka marah!” [HR:Bukahri]

Dan ketika datang orang yang berbeda/lelaki lain dan bertanya kepada Nabi SAW :” ya Rasulullah beritahukan kepadaku tentang sesuatu/amalan yang dapat kujadikan sebagai pegangan..” beliau SAW menjawab:

لَا يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ

Artinya: “hendaklah mulutmu senantiasa basah karena berdzikir kepada Allah” [HR:Turmudzi dan Ahmad]

Oleh karena itu, tidaklah heran jika amaliah para Sahabat Nabi SAW pun berbeda-beda, diantara mereka ada yang gemar memperbanyak shalat malam, ada pula yang amalan utamanya memperbanyak membaca Al Quran, ada yang memperbanyak berjihad, diantara shahabat pun ada yang terkenal sebagai ahli dzikir dan ada pula yang dikenal sebagai ahli sedekah.

Hal tersebut bukan berarti (mereka para sahabat Nabi SAW) meninggalkan sebagian ibadah yang lainnya, akan tetapi hal ini menunjukkan bahwa pada prakteknya masing-masing dari mereka mempunyai kegiatan ibadah/wirid tertentu yang frekuensinya ditingkatkan agar lebih mudah dalam pencapaian wushul ke hadirat Allah SWT.

Pada dasarnya, ada banyak jalan menuju surga, jalan yang banyak/beraneka ragam tersebut pada akhirnya akan sama-sama menempuh surga yang satu namun melaui pintu gerbang masuk yang berbeda-beda. mengenai hal ini Rasulullah SAW bersabda:

لِكُلِّ عَامِل بَاب مِنْ أَبْوَاب الْجَنَّة يُدْعَى مِنْهُ بِذَلِكَ الْعَمَل

Artinya: “Bagi setiap orang yang beramal terdapat sebuah pintu khusus di surga yang dia akan dipanggil melalui pintu tersebut karena amal yang telah dilakukannya.” [HR: Ahmad]

Dan sabdanya:

إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ

Artinya: “Sesungguhnya di dalam Surga terdapat sebuah pintu yang disebut Ar-Royyan. Orang-orang yang rajin berpuasa akan masuk Surga melewatinya” [HR:Bukhari]

Begitu pula dengan banyaknya thoriqah tasawuf yang masing-masing menerapkan metode/pendekatan kedisiplinan serta kombinasi redaksi bacaan dzikir yang berbeda-beda yang merupakan hasil penyesuaian antara pandangan syekh thoriqah dan kondisi muridnya sendiri, beberapa dari mereka (ahli thoriqah) ada yang memperbanyak puasa, ada pula yang lebih memprioritaskan untuk memperbanyak membaca Al Quran dengan tanpa mengabaikan puasa, dan masih banyak contoh lain dan sebagainya.

Laporan: Deden Sajidin

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid