Ilustrasi Seorang Sufi

Jakarta, Aktual.com– Syekh Junaid al-Baghdadi merupakan seorang tokoh sufi besar, namanya hingga kini masih disebut-sebut orang. ia juga seorang mursyid yang memberikan petunjuk-petunjuk spiritual kepada murid-muridnya.

Dari ketinggian derajat yang ia dapat, sudah pasti ia belajar kepada guru-guru yang luar biasa juga. Tetapi, ada salah satu gurunya yang justru di dunia dipandangan sebelah mata, dipandang sebelah mata karena gurunya tersebut adalah orang gila. Berikut kisah ia belajar kepada orang gila:

Suatu hari, Syekh Junaid al-Baghdadi sedang bersama murid-muridnya. Kebetulan ia sedang ada perlu dengan bahlul, yang dikenal sebagai orang gila di kota Baghdad, lalu ia bertanya kepada muridnya tentang keberadaan sang bahlul. Muridnya menjawab, “ia adalah orang gila, apa yang anda butuhkan darinya?”

“Cari dia, aku ada perlu dengannya,” jawab Syekh Junaid.

Karena perintah tersebut datang dari sang guru, murid-muridnya pun mencari keberadaan bahlul. Mereka menemukan bahlul berada di gurun. Setelah itu, Syekh Junaid bersamaan dengan muridnya mendatangi bahlul. Syekh Junaid menyapa bahlul, bahlul menjawab, “Siapakah engkau?”

“Aku adalah Junaid al-Baghdadi,” jawab al-Baghdadi.

“Apakah engkau Syekh Baghdadi yang memberikan petunjuk spiritual kepada orang-orang?” tanya Bahlul.

“iya,” jawab Syekh Junaid.

Bahlul tetap bertanya kepada Junaid, “Apakah engkau tau caranya makan?”

Mendengar pertanyaan yang sederhana itu, Syekh Junaid lalu menjawab, “Aku mengucapkan Bismillah, aku makan yang ada dihadapanku, aku menggigitnya sedikit, meletakkannya disisi kanan dalam mulutku dan perlahan mengunyahnya, aku tidak menatap suapan berikutnya, aku mengingat Allah sambil makan, apapun yang aku makan aku ucapkan Alhamdulillah, aku cuci tanganku sebelum dan sesudah makan,”

Tak disangka, Bahlul justru berdiri dan menyibakkan pakaiannya seraya berkata, “Kau ingin menjadi guru spiritual di dunia tapi kau bahkan tidak tau bagaimana cara makan,”

Muridnya yang kesal dengan tingkah bahlul kepada gurunya berkata, “Wahai Syekh dia adalah orang gila,”

Syekh Junaid yang mengetahui Bahlul tersebut berkata, “Dia adalah orang gila yang bijak dan cerdas,”

Bahlul kemudian mencari sebuah bangunan kemudian duduk kembali, Syekh Junaid menhampiri Bahlul lagi. Bahlul bertanya kepadanya, “Siapakah engkau?”

“Syekh Baghdadi yang tidak tau bagaimana cara makan,” jawab Syekh Junaid.

“Engkau tidak tau cara makan, tapi taukah engkau bagaimana caranya berbicara?”

Syekh Junaid kemudian menjawab “Aku berbicara tidak kurang tidak lebih dan apa adanya, aku tidak terlalu banyak bicara, aku berbicara agar pendengar dapat mengerti. Aku mengajak orang-orang kepada Allah dan Rasulullah SAW., aku tidak berbicara terlalu banyak agar orang tidak menjadi bosan, aku memberikan perhatian atas kedalaman pengetahuan lahir dan bathin”. Kemudian Ia menggambarkan apa saja yang berhubungan dengan sikap dan etika.

Lalu Bahlul berkata, “Lupakan tentang makan, karena kau pun tidak tau bagaimana cara berbicara”.

Bahlul pun berdiri menyibakkan pakaiannya dan berjalan pergi. Murid-murid Syekh berkata, “Wahai Syekh, anda lihat dia adalah orang gila, apa yang engkau harapkan dari orang gila?”

Syekh Junaid menjawab, “Ada sesuatu yang aku butuhkan darinya, kalian tidak tau itu”

Syekh Junaid lalu mengejar Bahlul lagi hingga mendekatinya, Bahlul lalu bertanya, “Apa yang engkau inginkan dariku, kau yang tidak tau cara makan dan berbicara, apakah kau tau bagaimana cara tidur?”.

“Iya aku tau,” jawab Syekh Junaid.

“Bagaimana caramu tidur?” Tanya Bahlul.

Syekh Junaid lalu menjawab, “Ketika aku selesai sholat ‘Isya dan membaca do’a, aku mengenakan pakaian tidurku” kemudian Syekh Junaid menceritakan cara-cara tidur sebagaimana yang lazim dikemukakan oleh para ahli agama.

“Ternyata kau juga tidak tau bagaimana caranya tidur,” kata Bahlul seraya ingin bangkit dari duduknya.

Tapi Syekh Junaid menahan pakaiannya dan berkata, “Wahai Bahlul aku tidak tau, karenanya Demi Allah ajari aku”.

Bahlul pun berkata, “Sebelumnya engkau mengklaim bahwa dirimu berpengetahuan dan berkata bahwa engkau tau, maka aku menghindarimu. Sekarang setelah engkau mengakui bahwa dirimu kurang berpengetahuan, maka aku akan mengajarkan padamu. Ketahuilah, apapun yang telah engkau gambarkan itu adalah permasalahan bukan yang utama, kebenaran yang ada di belakang memakan makanan adalah, bahwa kau memakan makanan halal. Jika engkau memakan makanan haram dengan cara seperti yang engkau gambarkan, dengan seratus sikap pun tidak akan bermanfaat bagimu melainkan akan menyebabkan hatimu hitam”.

“Semoga Allah memberimu pahala yang besar” kata Syekh Junaid.

Bahlul lalu melanjutkan, “Hati harus bersih dan mengandung niat baik sebelum kau mulai berbicara. Percakapanmu haruslah menyenangkan Allah. Jika itu untuk duniawi dan pekerjaan yang sia-sia maka apapun yang kau nyatakan akan menjadi mala petaka bagimu. Itulah mengapa diam adalah yang terbaik. Dan apapun yang kau katakan tentang tidur, itu juga bernilai tidak utama. Kebenaran darinya adalah hatimu harus terbebas dari permusuhan, kecemburuan dan kebencian. Hatimu tidak boleh tamak akan dunia atau kekayaan didalamnya. Dan ingatlah Allah ketika akan tidur,”.

Syekh Junaid kemudian mencium tagan Bahlul dan berdoa untuknya.

Itulah kisah Sufi besar dengan orang gila yang cerdas, semoga kita bisa mengambil manfaat darinya.

(Rizky Zulkarnain)

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra