Oleh karena baginda Nabi SAW tahu, bahwa kehendak Allah memberikan kenikmatan ini ketika para ahli surga sudah memasukinya, bukan di dunia ini.
Sebagaimana baginda Nabi SAW mengajarkan kepada umatnya, agar senantiasa ridha terhadap apa yang telah dituliskan oleh Allah untuknya, sehingga tidak meminta untuk diawalkan sesuatu yang Allah kehendaki untuk mengakhirkannya, juga tidak meminta untuk mengakhirkan sesuatu yang Allah kehendaki untuk terjadi sekarang.
Baginda Nabi SAW selama 18 bulan shalat menghadap ke masjid Al Aqsha, hingga akhirnya Allah menggantinya untuk menghadap ke Ka’bah. Baginda Nabi SAW ketika merasa bahwa ahli kitab tidak mau mengikuti syariatnya meskipun Nabi shalat menghadap qiblat mereka, baginda berharap agar qiblatnya kembali kepada qiblat kakeknya yaitu Nabi Ismail AS.
Meskipun demikian, baginda tidak pernah terucap dalam do’nya, meskipun hatinya menginginkannya. Semua ini sebagai bentuk kepasrahannya terhadap kehendak Tuhannya. Ini adalah merupakan adab mulia baginda Nabi SAW kepada kehendak Allah Ta’ala, sebagaimana Allah berfirman:
“قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ”
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah melihat pandanganmu ke langit yang terus-menerus“(QS. Al Baqarah: 144).
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid