Maulana Syekh Dr. Yusri Rusydi Sayyid Jabr al-Hasani berbincang dengan Ketua Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu' tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN) Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya saat bertemu sebelum Muktamar JATMAN XII di Pekalongan, Jawa Tengah, Minggu (14/1/2018) malam. Muktamar JATMAN ke XII di Pekalongan akan kedatangan puluhan ribu ulama dari nusantara dan dunia, juga akan kehadiran Presiden RI dan sejumlah Menteri kabinet kerja. Kabar kepastian hadirnya orang nomor satu di Republik Indonesia untuk membuka acara muktamar. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, aktual.com – Dakwah merupakan suatu hal yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah Saw untuk diemban oleh setiap Muslim. Sebab, dakwah termasuk ke dalam pokok terpenting agar kita bisa merasakan perjuangan yang dilakukan oleh Rasulullah pada saat beliau masih mengemban misi dakwah dari Allah Swt.

Syekh Yusri Rusydi Sayyid Jabr al-Hasani memberikan penjelasan terkait dengan dakwah bahwa Islam adalah agama yang menjadi rahmah bagi seluruh lapisan umatnya. Islam tidak datang hanya untuk kalangan sosial tertentu, dan islam juga tidak pernah mengkapling-kaplingkan dalam hal dakwahnya. Inilah yang merupakan sunnah baginda Nabi SAW, dimana beliau berdakwah kepada para pembesar kaum, sebagaimana baginda juga berdakwah kepada kaum jelata.

Telah diceritakan di dalam kitab-kitab sirah, bahwa pada suatu hari orang-orang dari bangsa Arab meminta baginda Nabi SAW untuk meluangkan waktu khusus bagi para orang-orang elit dari mereka, yang dimana tidak boleh dihadiri selain dari mereka dari para kaum miskin, budak dan setaranya.

Di antara mereka adalah Aqra’ bin Habis dan yang lainya, akan tetapi baginda Nabi SAW menolaknya. Meski secara akal-akalan, baginda Nabi SAW memiliki alasan yang kuat untuk mengiyakannya, seperti berpikir bahwa ini adalah kesempatan yang baik buat mereka untuk dakwahnya, akan tetapi baginda Nabi SAW tetap pada komitmen awalnya, yaitu untuk tidak mengelompokkan umat dalam misi dakwahnya.

Apalagi yang menjadi setandar hanyalah perkara dunia, seperti harta, pangkat, jabatan dan setatus sosial di masyarakatnya. Lalu Allahpun mengirimkan wahyu, agar baginda senantiasa terus istiqamah dalam komitmen ini, yaitu firman Allah:

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ

“Dan tahanlah dirimu wahai Muhammad untuk selalu bersama dengan mereka yang senantiasa menyembah Tuhannya di pagi dan sore hari hanya untuk berharap akan ridha-Nya,” (QS. Al Kahf: 28).

Perintah ini adalah bukan perintah baru untuk baginda karena memang tidak melakukan perintah ini, akan tetapi maksud dari ayat ini adalah memerintahkan baginda agar terus konsisten dalam berdakwah seperti ini, tanpa membeda-bedakan diantara mereka, karena sebelum ayat ini turun, bagindapun sudah melakukannya.

Akhirnya bagindapun menolak permintaan para kaum elit dari bangsa arab, karena tujuan mereka adalah diri mereka lebih diantara kalangan lain yang seperti Ammar bin Yasir, Bilal, dan yang lain dari pada kaum budak dan orang miskin.

“Begitu pula juga dengan kita, dalam hal dakwat tidak boleh membeda-bedakan masyarakat dengan memandang setatus sosialnya. Majlis yang paling berkah adalah majlis yang dihadiri oleh semua kalangan masyarakat, yang mereka datang dengan sifat rendah hati, memandang semua orang adalah umat baginda Nabi SAW yang merupakan umat paling mulia oleh karena kedudukan Nabi mereka di sisi Allah Ta’ala,” ucap Syekh Yusri.

Maka ketika ditanya siapakah orang yang paling hina diantara hamba Allah, maka dirinya akan berkata dengan lantang, saya adalah hamba itu.

Waallahu a’lam

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain