Akan tetapi Allah lah yang menentukan bentuk serta waktu pengkabulannya. Adapun pada hadits ini, yang dimaksud adalah do’a yang langsung Allah berikan kepada seorang Nabi, sesuai dengan apa yang diinginkannya.

Masing-masing dari para Nabi telah menggunakan do’a mustajab ini, kecuali baginda Nabi SAW, dimana beliau masih menyimpanya untuk umatnya di hari kiamat nanti, sebagai bentuk kasih sayang dan rahmatnya. Sebagaimana Nabi Nuh AS telah berdo’a:

“وَقَالَ نُوحٌ رَبِّ لا تَذَرْ عَلَى الأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا”

Artinya “Dan Nuh telah berkata “ wahai Tuhanku, janganlah Engkau biarkan satupun dari orang kafir itu selamat di muka bumi ini “(QS. Nuh:26).

Maka Allah pun telah mengabulkan do’anya dengan mengirimkan thufan (banjir) yang menghancurkan semua orang kafir dari kaumnya.

Begitupula dengan Nabi Isa AS, beliau telah berdo’a:

“قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنْزِلْ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لأَوَّلِنَا وَآخِرِنَا وَآيَةً مِنْكَ وَارْزُقْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ ”

Artinya: “Isa bin Maryam telah berkata “ya Allah wahai Tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit, sebagai hari raya (ibrah) bagi kami dan orang yang datang setelah kami, serta menjadi ayat (tanda kebenaran) dari Mu, dan berikanlah rizki kepada kami, Engkau adalah sebagik-baik Dzat yang memberi rizki”(QS. Al Maidah:114).

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid