Nabi membenarkan sikap Abu Bakar, meskipun beliau tidak mentaati perintahnya. Masih banyak lagi contohnya, seperti kisahnya sayyidina Ali RA pada perdamaian hudaibiyyah dan kisahnya Hassan Ibnu Tsabit RA.

Sepertinya mereka tidak tahu akan hadits Nabi SAW yang mengatakan “أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ “ yang artinya “ Saya adalah tuan bagi seluruh anak Adam AS pada hari kiamat nanti “ (HR. Muslim).

Kata sayyid adalah merupakan lafadz Nabi SAW. Mereka yang menganggap apa yang Nabi tinggalkan berarti artinya Nabi melarang. Ini adalah merupakan kaidah yang salah, sehingga memberika perspektif hukum yang salah pula.

Akan tetapi yang benar adalah ketika Nabi Muhammad SAW meninggalkan sesuatu itu menunjukkan sesuatu tersebut boleh ditinggalkan, dan tidak lebih.

Allah Ta’ala telah berfirman:

“لا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا “

Artinya: “Janganlah kalian jadikan panggilan Rasulullah diantara kalian seperti panggilan kalian kepada sesama”(QS. An Nuur:63).

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid