Jakarta, Aktual.com – Konsep iman ini telah diajarkan oleh Lukman kepada anaknya, yaitu tentang ketauhidan (Keesaan Tuhan), sebagaimana telah dijelaskan dalam firman Allah Swt:
” وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ ”
Artinya: “Dan ketika Lukman berkata kepada anaknya untuk menasehatinya, wahai anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah Swt, karena sesungguhnya kesyirikan adalah merupakan kedzaliman yang besar” (QS. Lukman: 13).
Ketauhidan adalah merupakan harga mati, yang tidak bisa digantikan oleh suatu apapun dan siapapun, yang harus tetap dipegang erat hingga ajal menjemput. Allah Swt telah berfirman:
” وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ”
Artinya: “Dan sembahlah Tuhanmu hingga sesuatu yang yakin (kematian) datang kepadamu” (QS. AlHijr: 99).
Kemuliaan (karamah) seorang mukmin tidaklah nampak, hingga akhirnya dirinya meninggal dalam keadaan islam. Karamah yang hakiki, adalah ketika seseorang meninggal dalam keadaan husnul khatiman, tegas syekh Yusri dalam kesempatan yang lain.
Konsep berikutnya adalah islam, yaitu yang berisikan tentang ajaran-ajaran syari’ah yang bersifat amaliah, yang mana dalam hal ini disimbolkan dengan shalat, yaitu ibadah yang diwajibkan oleh Allah Swt kepada setiap hambaNya melalui para nabi dan rasulNya.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid