Baginda Nabi SAW telah bersabda tentangnya:
“أَفْضَلُ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ : خَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ ، وَفَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ ، وَآسِيَةُ بِنْتُ مُزَاحِمٍ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ ، وَمَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُنَّ أَجْمَعِينَ ”
yang artinya “ sebaik-baik perempuan ahli surga adalah : Khadijah Binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim istri fir’aun dan Maryam binti Imran “(HR. Ahmad).
Wanita mulia ini tumbuh dan berkembang di rumah baginda Nabi SAW, yang mana ia dilahirkan pada tahun yang sama ketika kaum quraisy membangun Ka’bah, dimana mereka berselisih dalam menentukan siapakan yang berhak mendapatkan kemuliaan untuk menaruh hajar aswad pada tempatnya.
Hingga akhirnya mereka ridha dan setuju dengan Nabi SAW sebagai orang yang paling pantas untuk mendapatkan kemuliaan ini. Kemudian baginda Nabi SAW membentangkan sorbannya lalu menaruh hajar aswad di tengahnya dan memanggil semua pembesar setiap kabilah untuk memegang ujungnya, hingga ketika sudah dekat dengan tempat hajar aswad, Nabi mengambil dan meletakkan dengan kedua tangannya yang mulia.
Semua saudari dari Sayyidah Fathimah RA telah menikah, yaitu Sayyidah Zainab RA menikah dengan anak dari bibinya yaitu Abu Al ‘Ash bin Ar Rabi’, kemudian Sayyidah Ruqayyah dan Sayyidah Ummu Kultsum menikah dengan kedua anak paman Nabi yaitu Abu Lahab.
Sehingga Sayyidah Fathimah RA sendiri bersama kedua orang tuanya dan saat itu ia baru berumur lima tahun. Semenjak kecil dan beranjak dewasa beliau tinggal bersama Nabi SAW, hingga wahyu turun kepada baginda Nabi SAW, dan bangsa quraisy saat itu mulai memusuhi ayahnya.
Baginda Nabi dan Sayyidah Fathimah RA selalu hidup bersama dari awal adanya cobaan ketika ayahnya diutus menjadi nabi oleh Allah Ta’ala. Sayyidah Fathimah melihat bagaimana orang quraisy meletakkan isi perut onta di atas punggung ayahnya ketika beliau shalat di Ka’bah, kemudian Sayyidah Fatimah sendiri yang membersihkanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid