Sudah tentu hal ini menjadikan baginda Nabi bersedih, karena difitnah telah mendzalimi para sahabat. Padahal baginda adalah seorang Nabi yang ma’sum dari dosa.

Sehingga baginda Nabi marah, akan tetapi tetap bersabar dan mengingat salah satu utusan Allah yaitu Nabi Musa AS disakiti oleh kaumnya lebih dari ini, yaitu menuduhnya dengan adzar (pembesaran pada testis karena penyakit) lantaran tidak mau mandi di pemandian umum.

Maka dengan mengingat Nabi Musa AS, baginda Nabi menjadi lebih sabar terhadap kaumnya yang menyakitinya. Begitu pula baginda mengajarkan kepada para umatnya, ketika Allah memberikan cobaan kepadanya, maka hendaklah ia mengingat cobaan yang menimpa orang yang lebih shalih darinya. Karena sesungguhnya, semakin orang kuat imannya maka semakin berat juga ujian Allah kepadanya.

Hal ini sebagaimana telah diriwayatkan Imam Abi Dawud ketika Sa’d bin Abi Waqqash RA bertanya kepada baginda Nabi:

“يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً قَالَ الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ يُبْتَلَى الْعَبْدُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ”

Artinya: “Wahai Rasulallah, orang yang seperti apakah yang paling besar cobaanya ? Nabi berkata : yaitu para Nabi, kemudian yang sepadan dan terus yang sepadannya. Seorang hamba dicoba sesuai dengan (tingkatan) agamanya“(HR. Abu Dawud)

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid