Maulana Syekh Yusri Rusydi Jabr Al Hasani dalam acara pembacaan kitab amin al-I'lam bi anna attasawwuf min syariat al-islam karangan syekh Abdullah Siddiq al-Ghumari di Majelis Zawiyah Arraudah, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (28/1/2017). AKTUAL/Tino Oktaviano
Maulana Syekh Yusri Rusydi Jabr Al Hasani dalam acara pembacaan kitab amin al-I'lam bi anna attasawwuf min syariat al-islam karangan syekh Abdullah Siddiq al-Ghumari di Majelis Zawiyah Arraudah, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (28/1/2017). AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Dalam pengajian Bahjat An Nufusnya Syekh Yusri hafidzahullah wa ro’ah menjelaskan tentang keterangan dari Abu Jamrah bahwa mimpi itu ada tiga macam. Yang pertama adalah mimpi dari Allah Ta’ala yaitu adalah sesuatu yang hak.

Diantara mimpi yang hak yaitu mimpi bertemu baginda Nabi Muhammad SAW. Barang siapa yang melihat Nabi dalam mimpinya, maka benar yang ia lihat adalah Rasulullah SAW, karena syaitan tidaklah mampu untuk menyerupai baginda Nabi SAW. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits

“وَمَنْ رَآنِى فِى الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِى فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَتَمَثَّلُ فِى صُورَتِى”

Artinya: “Dan barang siapa yang melihatku dalam mimpinya, maka sesungguhnya ia telah melihatku, karena sesungguhnya syaitan itu tidak mampu menyerupai ku “(HR. Bukhari).

Syekh Yusri mengatakan, ketika seorang bermimpi melihat baginda Nabi SAW, akan tetapi dengan wujud yang menyerupai syekhnya, maka ini menunjukkan akan keridhaan baginda Nabi bahwa yang dalam mimpinya itu menjadi syekhnya.

Adapun orang yang melihat baginda Nabi pada keadaan yang tidak sempurna, maka ini menunjukkan keadaan orang tersebut yang telah jauh dari sunnahnya, dan hendaknya cepatlah bertaubat dan memperbaiki amal ibadahnya.

Baginda Nabi SAW adalah seorang dokter bagi ummatnya, sehingga terkadang datang kepada sebagian orang yang jauh dari sunnahnya, untuk mengobatinya. Maka kedatangan seorang Nabi akan ditafsirkan sesuai dengan keadaan yang melihatnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid