Maulana Syekh Yusri Rusydi Jabr Al Hasani dalam acara pembacaan kitab amin al-I'lam bi anna attasawwuf min syariat al-islam karangan syekh Abdullah Siddiq al-Ghumari di Majelis Zawiyah Arraudah, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (28/1/2017). AKTUAL/Tino Oktaviano
Maulana Syekh Yusri Rusydi Jabr Al Hasani dalam acara pembacaan kitab amin al-I'lam bi anna attasawwuf min syariat al-islam karangan syekh Abdullah Siddiq al-Ghumari di Majelis Zawiyah Arraudah, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (28/1/2017). AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Kebalikan dari tafa’ul adalah tasya’um, yaitu menganggap naas atau sial dengan menggantungkan kepada sesuatu. Hal ini adalah merupakan budaya orang arab pada masa jahiliyyah, yaitu menganggap kesialan akan menimpa dirinya ketika melihat burung hantu.

Mereka juga menganggap kesialan di bulan Shafar, sehingga sebisa mungkin mereka tidak bepergian ataupun memulai usaha di bulan ini. Sehingga baginda Nabi SAW benar-benar memperbaiki pemahaman yang salah ini, dan beliau bersabda:

“لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ”

Artinya: “Tidak ada penyakit menular (dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak ada kesialan, burung hantu dan bulan Shafar “(HR. Bukhari).

Syekh Yusri menegaskan, bahwa tidak ada penyakit yang menular disini yang dimaksud adalah dengan sendirinya diluar dari kehendak Allah Ta’ala.

Syekh Yusri mencontohkan, bahwa diudara ini bertebaran bakteri yang tidak bisa dihitung, akan tetapi tidak semua orang terkena bakteri ini. Hal ini menunjukkan, bahwa semua itu adalah atas kehendak Allah Ta’ala, tidak ada satupun yang memberikan efek dengan sendirinya.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid