Diantara hal-hal yang dianggap pembawa sial oleh orang arab pada zaman jahiliyyah adalah perempuan, rumah dan hewan tunggangan. Sehingga mereka menganggap bahwa tiga hal ini sebagai sumber pembawa sial, dimana ketika terjadi kenaasan maka mereka akan menyalahkannya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits:
“لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ إِنَّمَا الشُّؤْمُ فِى ثَلاَثٍ فِى الْفَرَسِ وَالْمَرْأَةِ وَالدَّارِ”
Artinya: “Tidak ada penyakit menular (dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), dan tidak ada kesialan. Sesungguhnya kesialan itu ada pada tiga hal, yaitu kuda, perempuan dan rumah “(HR. Bukhari).
Kita pahami makna hadits demikian oleh karena adanya riwayat lain yang mengatakan bahwa ini adalah adatnya orang arab pada masa jahiliyyah. Sehingga tidak seperti pemahamannya orang awam, yang menganggap bahwa hadits ini menetapkan akan adanya kesialan pada tiga hal tersebut.
Contoh nyata tentang tafa’ul dan tasya’um di adat kita, adalah seperti orang yang melihat kupu-kupu di ruang tamu, yang berarti menunjukkan akan datang tamu kepada kita. Atau ketika ada burung yang masuk ke rumah yang memiliki anak perawan, berarti tak lama akan ada yang datang untuk melamarnya.
Adapun contoh dari tasya’um adalah ketika hendak bepergian kemudian ia menabarak atau melihat kucing hitam, maka dia akan berprasangka kesialan akan menimpanya. Begitu pula disebagian daerah melarang bepergian di hari jum’at atau hari sabtu, karena hari ini bisa membawa sial.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid