“لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْحَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ ”
Artinya: “Tidaklah kalian beriman (dengan keimanan yang sempurna) sehingga kalian mencintai saudara kalian seperti halnya kalian mencintai dirisendiri “(HR. Bukhari). Sebagaimana kita mengharapkan hidayah untuk diri kita, begitu juga pula kita mengharapkan hidayah itu untuk orang lain.
Perangilah hawa nafsu, agar kita ridha terhadap apa yang telah Allah berikan kepada kita, dan tidak mengharap sesuatu yang tidak Allah tuliskan untuk kita. Agar tidak meminta kepada Allah untuk mempercepat sesuatu yang Allah kehendaki untuk mengakhirkannya, serta tidak meminta untuk diperlambat sesuatu yang telah Allah tuliskan untuknya sekarang ini.
Karena sesungguhnya, ketika Allah memberikan nikmatnya kepadamu, maka sesungguhnya atas dasar karuniaNya, dan apabila Allah tidak memberikannya kepadamu, maka atas dasar Sifat AdilNya, tegas Syekh Yusri.
Ujian soerang mukmin di dunia ini, jawabannya ada pada sirah (sejarah) kehidupan baginda Nabi SAW, karena bagindalah qudwah serta uswah bagi umatnya. Sebagaimana baginda adalah sebagai contoh hamba Allah yang paling sempurna di dalam menghadapi sebuah nikmat Allah Ta’ala.
Baginda Nabi SAW adalah makhluk pilihan yang paling sempurna, yang dijadikan sebagai seorang hamba yang benar-benar bertahaqquq (menyatakan diri) dalam menghambakan dirikepada Tuhannya, serta benar-benar nyata dalam berta’alluq (bergantung serta bersandar diri) kepadaNya. Wallahu A’lam.
Laporan: Abdullah Alyusriy
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid