Allah tidak menyebutkan dengan kata برسوله atau بنبيه , sehingga menjadi khususiyyah bagi Nabi SAW, akan tetapi umatnya pun mendapatkan bagian dari ayat ini, meskipun dengan makna yang berbeda.

Makna yang dimaksud dari mi’raj seorang mukmin adalah kedekatan seorang hamba dengan Allah Ta’ala, yaitu ketika dalam keadaan shalatnya. Sebagaimana dalam hadits dikatakan:

“أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ”

Artinya: “Keadaan yang paling dekat antara hamba dan Tuhannya adalah ketika ia bersujud “(HR. Muslim). Dimana shalat adalah hadiah terindah yang dibawa oleh baginda Nabi dari perjalanan ini.

Seorang hamba akan mendapatkan bagiannya dari ayat ini, ketika ia sudah bertahaquq (mewujudkan) kehambaannya kepada Allah Ta’ala. Baginda Nabi SAW adalah sebagai perantara mi’ra hamba kepada Tuhannya, yaitu mi’raj taraqqi (kenaikan derajat seorang mukmin disisi Allah Ta’ala).

Mi’raj baginda Nabi SAW adalah di Sidrat Al Muntaha, adapun mi’raj Nabi Yunus AS adalah ketika ia berada di dalam perut ikan paus. Sifat Dekat Allah terhadap hambaNya adalah tidak dikaitkan dengan ruang tempat, karena sesungguhnya Allah Maha Suci dari tempat dan waktu.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid