Jakarta, Aktual.com – Dalam khutbah Jumat, Syekh Yusri Rusydi Jabr Al Hasani di masjid Al Ashraf Kairo, Mesir mengatakan bahwa kaum muslimin adalah orang-orang yang memiliki senjata. Dengan senjata tersebut, mereka tidak akan terkalahkan oleh musuh-musuh yang bersekutu untuk mengganggu dan menyerang mereka.
Karena umat Islam mempunyai senjata yang sangat ampuh dan tidak akan ada yang menandinginya, senjata tersebut adalah doa.
Doa adalah senjata yang sering terlupakan dan terabaikan oleh kebanyakan umat islam, padahal Allah SWT telah Berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”.[QS:Ghafir/40 ayat 60]
Allah SWT memerintahkan kita agar berdoa kepada-Nya dan barangsiapa yang menyombongkan diri (enggan berdoa kepada-Nya) maka neraka jahannam adalah ancaman-Nya. Dan Rasulullah SAW telah memberikan penjelasan mengenai ayat tersebut dengan sabdanya:
الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ
“Berdo’a berarti ibadah” [HR:Ahmad dan Ashab Sunan]
Dan dalam riwayat hadist yang lain Beliau SAW bersabda:
الدُّعاءُ مُخُّ العِبادةِ
“Berdo’a adalah intisari ibadah” [HR:Turmudzi]
Karena itu, merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim untuk mempelajari adab/ tatacara berdo’a yang baik dan benar, serta ia harus mengetahui afat ad-du’a (setiap yang menyebabkan doa menjadi tidak diterima), sebab dalam setiap ibadah pasti ada afat (penggugur/penghalang)nya.
Jika kita hanya mengenal kegiatan suatu ibadah saja tanpa mengerti adab (tata krama)nya berikut afat (penggugur/pembatal)nya, maka boleh jadi kita hanya akan dapat melakukannya tanpa mendapatkan faedah dari ibadah tersebut, layaknya seseorang yang melakukan shalat tanpa memiliki pengetahuan mengenai rukun-rukun dan hal-hal yang membatalkan shalat, maka di dalam shalatnya bisa jadi ia melakukan hal yang membatalkan shalat sedangkan ia tidak menyadarinya, dan shalatnya pun menjadi sia-sia.
Berdoa kepada Allah SWT adalah suatu kegiatan yang sangat penting sehingga adab (tata krama) berdoa, kapan waktu ijabah doa dan kaifiyyat (tata cara) dalam berdoa menjadi suatu perkara yang sangat penting untuk diketahui.
Mengenai adab dan kaifiyyat serta waktu-waktu ijabah doa telah dijelaskan oleh baginda Nabi SAW dalam berbagai riwayat hadist yang cukup banyak jumlahnya, bahkan dari setiap redaksi/ungkapan doa yang keluar dari lisan Rasulullah SAW mengandung pelajaran bagi kita tentang pola bagaimana seharusnya kita mengungkap sesuatu kepada Allah SWT dengan sebaik-baiknya, begitu pula dari redaksi untaian doa para nabi dan rasul yang termaktub di dalam Al Quran, terdapat banyak pelajaran bagi kita tentang bagaimana cara memohon dan meminta kepada Allah SWT dengan penuh etika.
Kita harus meniru dan mengikuti adab dan tatacara para nabi dan rasul ketika memanjatkan doa, sebab sebagai manusia biasa yang memiliki watak tergesa-gesa, kita semua terkadang suka meminta kepada Allah SWT akan suatu kebaikan padahal (hakikatnya) jika permintaan tersebut dikabulkan maka akan menjadi suatu keburukan bagi kita.
Karenanya Allah SWT Berfirman:
وَيَدْعُ الْإِنسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءَهُ بِالْخَيْرِ ۖ وَكَانَ الْإِنسَانُ عَجُولًا
“Dan manusia berdoa untuk keburukan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan adalah (watak) manusia bersifat tergesa-gesa”.[QS:Al Isra/17 ayat 11]
Betapa banyak doa yang dipanjatkan dan Allah SWT tidak mengabulkannya, namun seiring dengan berjalannya waktu, baru kita dapat menyadari dan terbukti bahwa dibalik doa yang tak terkabulkan ternyata mengandung hikmah (pembelajaran) dan rahmat (kasih sayang) Allah SWT kepada kita.
Yang pertama kali harus kita ketahui dalam adab (tatakrama) berdoa adalah yakin bahwa Allah SWT akan mengabulkan doa tanpa harus tergesa-gesa untuk mendapatkan ijabah/pengabulan dari-Nya , karena Allah SWT telah menjamin ijabah untuk permohonan kita dengan sesuatu dan pada waktu yang sesuai menurut ilmu-Nya.
لا يَكُنْ تأَخُّرُ أَمَدِ العَطاءِ مَعَ الإلْحاحِ في الدُّعاءِ مُوْجِباً لِيأْسِكَ. فَهُوَ ضَمِنَ لَكَ الإِجابةَ فيما يَخْتارُهُ لَكَ لا فيما تَخْتارُهُ لِنَفْسِكَ. وَفي الوَقْتِ الَّذي يُريدُ لا فِي الوَقْتِ الَّذي تُرْيدُ.
“Terlambat datangnya pemberian (Allah), meski sudah dimohonkan berulang-ulang, janganlah buatmu patah harapan. Karena Dia Telah Menjamin untuk mengabulkan permintaanmu sesuai dengan apa yang Dia pilihkan untukmu, bukan menurut keinginan engkau sendiri. Juga dalam waktu yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau inginkan” [Imam Ibnu ‘Athoilah As-Sakandari Asy-Syadzili/Kitab Al Hikam]
Deden Sajidin
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid