Karena sesungguhnya tidur adalah saudara kematian, dimana aturan alam tidur adalah seperti aturan alam kematian, yaitu bisa berpindah kemana yang dikehendaki tanpa terikat dengan waktu dan tempat, seperti halnya orang yang mermimpi ketika sedang tidur.

Allah Ta’ala telah berfirman:

“اللَّهُ يَتَوَفَّى الأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ”

Artinya: “ Allah adalah Dzat yang mematikan jiwa ketika telah datang ajalnya, dan jiwa yang belum mati ketika ia dalam tidurnya”(QS. Azzumar:42).

Dalam ayat ini telah dijelaskan tentang keterkaitan antara kematian dengan tidur, dimana kedua alam ini memiliki kesamaan dalam beberapa hal, yang diantaranya adalah tidak adanya keterikatan dalam hal zaman dan tempat.

Alam tidur yang didalamnya terdapat alam mimpi, adalah merupakan pintu perkara ghaib, agar seseorang tidak mengingkari sesuatu yang tidak bisa dilihatnya, sehingga dirinya bersiap untuk mengimani ajaran islam dalam beriman kepada perkara yang ghaib.

Allah telah menyifati hambanya yang bertakwa, bahwa mereka adalah orang-orang yang beriman kepada sesuatu yang ghaib, sebagaimana firmanNya:

“هُدًى لِلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ”

Artinya: “AlQur’an adalah sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa, yaitu orang-orang yang beriman terhadap perkara yang ghaib”(QS. Albaqarah:2/3).
[Bersambung…]

Laporan: Abdullah Alyusriy

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid