Oleh: Yudi Latif
Jakarta, aktual.com – Saudaraku, sebelum bergegas menaiki angkutan menuju libur akhir tahun, ada kesempatan menoleh sekelebat ke belakang.
Waktu melipat hari-hari dalam album nostalgia yang penuh retakan. Kisah kehidupan diri dan bangsa tak selalu berjalan sesuai harapan. Perjalanan penuh gundah karena kontradiksi antara kepercayaan dan pengkhianatan, janji dan realisasi, impian dan kenyataan, kebebasan dan ketakutan.
Betapa pun, dalam rangkaian kisah sungsang petualangan risau itu, terbentang ruang belajar untuk mengenali kesejatian dan kepura-puraan, berdamai dengan luka dan kekecewaan, menerima kehilangan, menghargai hal-hal sederhana, dan mensyukuri segala karunia terberikan, yang menjadikan ratapan sbg penempa ketegaran.
Syukur pada Ilahi bukan hanya untuk apa yang kita miliki, tapi juga untuk apa yang terlepas. Kehilangan mengajarkan arti menggenggam, kekosongan mengajarkan cara mengisi. Dalam kekurangan, kita menghargai kelimpahan; dalam kesederhanaan, kita belajar memaknai kecukupan.
Syukur ini bukan hanya untuk kemenangan, tetapi juga untuk kegagalan yang mengajarkan arti rendah hati. Bukan hanya untuk tawa yang terpingkal, tetapi juga untuk air mata yang menyucikan hati. Setiap luka adalah pintu menuju pengertian, setiap rindu adalah bukti cinta yang pernah rekah.
Di penghujung tahun ini, aku menundukkan kepala, mengucap terima kasih pada semesta yang tak pernah lelah memberi. Pada pagi yang setia datang, pada malam yang setia mendengar. Pada angin yang membisikkan harapan, pada hujan yang mencuci duka, pada matahari yang menghangatkan jiwa. Setiap detik adalah anugerah, setiap nafas adalah keberkahan.
Aku bersyukur untuk orang-orang yang hadir, mereka yang menjadi cahaya di tengah gelap, dan mereka yang pergi, meninggalkan pelajaran berharga di jejak langkah mereka. Aku bisa bersyukur untuk mimpiku yang belum tercapai, karena di sanalah harapan tetap hidup.
Kini, di batas tahun yang hampir berganti, aku menyerahkan semua yang telah terjadi pada masa lalu, dan menyambut hari esok dgn keyakinan. Syukurku menjadi doa, agar langkah-langkah ke depan penuh berkah, dan agar hatiku tetap tabah menerima apa pun yang dititipkan oleh waktu
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain