Ilustrasi Gedung PBNU
Ilustrasi Gedung PBNU

Jakarta, aktual.com — Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) resmi mengumumkan perubahan kepemimpinan organisasi setelah menyelesaikan rangkaian silaturahim dan sosialisasi hasil keputusan Rapat Harian Syuriyah PBNU yang digelar pada 29 Jumadal Ula 1447 H atau bertepatan dengan 20 November 2025 M. Dalam kegiatan tersebut, sebanyak 36 Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) yang hadir menyatakan dukungan penuh kepada Rais Aam untuk menindaklanjuti keputusan rapat.

Dalam pernyataan resmi yang disampaikan kepada publik, PBNU menegaskan bahwa terhitung mulai 26 November 2025 pukul 00.45 WIB, KH Yahya Cholil Staquf tidak lagi menjabat sebagai Ketua Umum PBNU. “Sejak saat itu, kepemimpinan PBNU sepenuhnya berada di tangan Rais Aam,” bunyi pernyataan tersebut.

PBNU juga menegaskan bahwa latar belakang serta dasar pertimbangan yang tercantum dalam Risalah Rapat Harian Syuriyah PBNU sesuai dengan fakta dan kondisi sebenarnya. “Tidak terdapat motif atau latar belakang lain selain yang tercantum di dalam risalah rapat,” tegas pernyataan itu.

Untuk menjaga keberlangsungan roda organisasi, PBNU menyatakan akan segera melaksanakan Rapat Pleno atau Muktamar. Langkah ini dinilai penting agar proses transisi kepemimpinan berjalan sesuai dengan mekanisme organisasi yang berlaku.

Menanggapi dinamika yang berkembang di masyarakat, termasuk berbagai opini di media arus utama dan media sosial, PBNU menyatakan akan membentuk Tim Pencari Fakta PBNU. Tim ini akan melakukan investigasi secara utuh dan mendalam terhadap berbagai informasi yang beredar. “Wakil Rais Aam PBNU, KH Anwar Iskandar, dan KH Afifuddin Muhajir akan menjadi pengarah dalam Tim Pencari Fakta tersebut,” ungkap pernyataan resmi.

Sebagai bagian dari proses investigasi, PBNU memutuskan menangguhkan sementara implementasi Digdaya Persuratan tingkat PBNU. “Sedangkan implementasi Digdaya Persuratan di tingkat PWNU dan PCNU tetap berjalan sebagaimana mestinya,” jelas PBNU.

PBNU juga mengingatkan seluruh pihak untuk menjunjung tinggi nilai-nilai Khittah Nahdlatul Ulama. “Menjadi sangat penting bagi semua pihak untuk mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi, serta meluhurkan kemuliaan moral dan menjunjung tinggi kejujuran dalam berpikir, bersikap, dan bertindak,” tegas pernyataan itu.

Sebagai bagian dari ikhtiar batiniah, PBNU mengajak seluruh warga Nahdlatul Ulama untuk bermunajat kepada Allah SWT. “Kami berharap agar segera diberikan jalan keluar yang terbaik dan paling maslahat bagi Jam’iyah Nahdlatul Ulama,” demikian ajakan dalam pernyataan resmi.

Penjelasan tersebut disampaikan untuk menjadi pedoman bersama bagi seluruh warga Nahdlatul Ulama dan diharapkan dapat menjadi acuan dalam menyikapi dinamika yang terjadi di tubuh organisasi.

(Yassir Fuady)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka Permadhi