Jakarta, Aktual.com — Ahli Ekonom Ichsanuddin Noorsy menilai pemerintahan Jokowi-JK menutup tahun 2015 dengan kegaduhan dan ketidaknyamanan pada perbagai bidang, terutama bidang ekonomi yang mengalami kemerosotan.
“Tahun 2015 ini ditutup dengan ketidaknyamanan suasana hati dan pikiran di bidang ekonomi, hukum, politik dan sosial,” kata Noorsy dalam rilisnya yang diterima di Jakarta, Rabu (23/12).
Pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi malah melorot menjadi 4,8 persen, sedangkan pengangguran mendekati angka 6 persen. Rasio Gini menunjukkan adanya ketimpangan hingga 0,432. Sedangkan dilihat dari utang luar negeri (ULN), situasinya makin merisaukan. ULN terhadap Neraca Transaksi Berjalan yang dikenal dengan debt service ratio mencapai 60,40 persen, meningkat tajam dibanding 2014 yang mencapai 54 persen.
“Sedangkan rasio ULN tehadap PDB mencapai 35 persen. Artinya, kerja keras segenap lapisan bangsa digunakan untuk bayar cicilan ULN dan bunga, ditambah lagi dengan bayar bunga utang obligasi,” jelas Noorsy.
Kerentanan ekonomi yang dialami Indonesia terlihat sangat jelas, selain ditandai dengan jatuhnya nilai tukar rupiah hingga 14 persen, juga tercermin pada defisit transaksi berjalan hingga 4 milyar dolar AS.
Berdasarkan perhitungan, dalam 12 bulan cadangan devisa terkuras sekitar USD10 miliar, sehingga kini bertengger pada USD101,7 miliar.
“Situasi eksternal dan internal inilah yang meyakinkan saya bahwa pertumbuhan ekonomi 2015 tidak mungkin melampaui 4,8 persen,” pungkas Noorsy.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka