Aktivitas perdagangan bahan pangan di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (20/3). Tekanan inflasi diperkirakan membebani pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018 ini. Kenaikan inflasi yang diperkirakan mencapai 4,2% pada tahun ini akan menekan daya beli rumah tangga, sehingga target pertumbuhan ekonomi pemerintah sebesar 5,4% di 2018 sulit tercapai. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Direktur Eksekutif Center of Law and Economic (Celios), Bhima Yudhistira memperkirakan inflasi sepanjang tahun 2022 akan berada dikisaran 4,5 hingga 5 persen (year-on-year/yoy).

Menurutnya kondisi inflasi tahun 2022 dari sisi penawaran (cost push inflation) akan mengalami tekanan yang lebih tinggi.

“Prediksi paling moderat inflasi akan bergerak di rentang 4,5 sampai dengan 5 persen (year on year) sepanjang 2022,” kata Bhima kepada Aktual.com lewat pesan singkat, Jakarta, Selasa (4/1/2022).

Ia mengatakan inflasi tahun ini yang perlu diwaspadai terjadi pada bahan makanan maupun harga energi. Pasalnya, pada harga bahan makanan, baik minyak goreng, telur, bawang putih, kedelai, maupun cabai berisiko mengalami kenaikan.

Bhima menjelaskan bahan pangan yang memiliki ketergantungan terhadap impor yang tinggi punya risiko imported inflation atau inflasi yang dipicu oleh tingginya harga barang impor karena volatilitas rupiah maupun gangguan di negara asal pemasok. Termasuk soal logistik yang saat ini dinilai memiliki masalah sehingga waktu pengiriman yang lebih lama dan mahal.

“Pemerintah punya waktu 4-5 bulan kedepan jelang Ramadhan untuk stabilisasi pasokan, sehingga tidak terjadi inflasi berlebihan,” jelasnya.

Selain itu, Bhima menyebut inflasi tahun 2022 juga bakal dipicu oleh kebijakan perpajakan yakni penyesuaian tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang naik 1 persen menjadi 11 persen. Kemudian kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) dengan rata-rata 12 persen.

Sementara di sektor energi, Bhima menilai trennya masih cukup tinggi. Misalnya, tarif listrik yang punya risiko naik tahun ini. Kemudian wacana penghapusan premium dan pertalite bisa picu masyarakat mengkonsumsi BBM yang harganya lebih tinggi.

“Berikutnya soal gas, kan sudah naik ya yang non-subsidi, tinggal yang LPG 3 kg harus benar-benar dijaga subsidinya jangan buru-buru dicabut atau stok dibatasi,” ungkapnya.

Artikel ini ditulis oleh:

A. Hilmi