Prospek pertumbuhan yang kuat di kawasan ini pun memikat perusahaan-perusahaan besar seperti Coca-Cola di Vietnam dan Myanmar, Apple yang sedang membangun pusat penelitian di Indonesia, serta persaingan saham bir terbesar di Vietnam antara Anheuser-Busch InBev NV, Asahi Group Holdings Ltd dan Kirin Holdings Co.
Menuanya usia kerja di Asia Utara akan memangkas tingkat pertumbuhan potensial di semua sektor utama ekonomi mereka untuk tahun-tahun mendatang, sementara Asia Tenggara bakal terus meningkat, kecuali Singapura.
Tak hanya Indonesia, lembaga auditor Ernst & Young LLP menyatakan negara-negara Asia Tenggara juga tengah berambisi meningkatkan proyek-proyek infrastruktur berskala besar, tercatat belanja infrastruktur 10 negara anggota ASEAN rata-rata mencapai USD 110 miliar per tahun sampai 2025.
Proyek-proyek ini akan memperbaiki skema pengiriman barang, jasa dan orang-orang di seluruh ASEAN. Namun, mengingat besarnya skala proyek yang dikerjakan, beragam kendala diperkirakan pasti tetap terjadi.
“Sayangnya, akan selalu ada hambatan saat Anda mencoba melakukan ini. Beberapa proyek infrastruktur ini tersebar di berbagai negara, jadi Anda harus menavigasi situasi politik, sosial dan ekonomi,” kata Max Loh, Managing Partner ASEAN dan Singapura di Ernst & Young.
(Nelson Nafis)
Artikel ini ditulis oleh:
Nelson Nafis
Eka