Jakarta, Aktual.com – Menteri Tenaga Kerja, Hanif Dhakiri semakin tak berkutik menghadapi protes publik tentang maraknya Tenaga Kerja Asing (TKA) unskill yang masuk ke Indonesia baik melalui jalur legal maupun ilegal. Argumentasi dan kewibawaan Hanif tidak lagi dipercaya dan malah dituduh melakukan pemalsuan data jumlah TKA.
Pertanggungjawaban dan keberanian Hanif untuk menjelaskan melalui forum dialog, mendapat kesaksian lantaran dia tidak menghadiri undangan dari Asosiasi Serikat Pekerja (ASPEK) Indonesia.
“Menteri Tenaga Kerja habis-habisan bantah dan bilang TKA hanya berjumlah 12 ribu orang. Bukannya dia harus mikir dan bijaksana namun malah bicara data. Jangan bicara data pak Menteri, mari kita bicara fakta. Data bisa dimanipulasi. Mengapa pak Menteri hari ini tidak berani datang kesini (forum dialog tentang TKA),” tutur Presiden ASPEK Indonesia, Mirah Sumirah di Jakarta, Selasa (2/8).
Kemudian Mirah mengungkapkan bahwasanya Menteri Hanif pernah berpesan agar Serikat Pekerja memprioritaskan penyelesaian masalah melalui sosial dialog dan tidak mengandalkan aksi demonstrasi.
Namun tegas Mariah, ketidak hadiran dari Kementerian Tenaga Kerja pada dialog yang diselenggarakannya, membuktikan bahwa Hanif tidak mempunyai argumen dan landasan yang kuat atas keberadaan TKA yang membanjiri berbagai daerah di Indonesia.
Dia menegaskan organisasinya bukanlah organisasi yang anarkis, namun justeru organisasinya mengedepankan sosial dialog. Oleh karena itu pihaknya berupaya mencari jalan solusi atas ancaman TAK.
Keberadaan jutaan TKA bukan hanya sebatas rasa ketidak adilan ditengah tingginya angka pengangguran bagi rakyat Indonesia, namun keberadaan sebagian besar TKA tidak terpelajar asal negara Cina akan membawa pengaruh buruk bagi sosial masyarakat.
“Pak Menteri hari ini kita undang tidak berani datang, padahal dia pernah sampaikan ke kita; jangan demo melulu donk, lakukan sosial dialog. Saat kita ajak sosial dialog, dia tidak berani. Kita tidak anti sosial dialog, justeru kita adalah gerakan sosial dialog. Kita tidak pernah anarkis. Kita ini menghadapi ancaman yang serius berdampak tidak hanya hari ini, tapi puluhan tahun kedepan,” pungkasnya. (Dadangsah)
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka