Jakarta, Aktual.com – Kontribusi laju investasi terhadap pertumbuhan ekonomi 2016 cuma sebesar 32,57 persen. Pertumbuhan ekonomi 2016 yang mencapai 5,02% itu justru lebih banyak ditopang oleh konsumsi domestik yang mencapai 56,5 persen.
Kondisi itu membuktikan ketidakmampuan pemerintah dalam menciptakan investasi yang sehat. Untuk itu, di saat bersamaan mestinya pemerintah juga harus bisa menciptakan industrialisasi dengan tidak lagi menggantungkan barang-barang dari impor.
“Yang sehat itu, pertumbuhan ekonominya ditopang oleh investasi. Tapi kalau investasi belum bisa ditingkatkan, ya pemerintah juga mestinya jangan terlalu mengumbar impor. Cukup penuhi dari dalam negeri saja,” tandas Direktur Eksekutif INDEF, Enny Sri Hartati, di Jakarta, ditulis Selasa (7/2).
Jika pemerintah tak lagi tergantung pada impor, maka industri dalam negeri bisa bertumbuh lebih berkembang. Sehingga akan semakin banyak terbuka lapangan kerja baru. Hal itu kemudian akan berdampak pada peningkatan daya beli.
Aliran investasi sendiri, kata dia, memang akan banyak masuk kalau kondisi infrastrukturnya tersedia. Saat ini, pemerintah sendiri memang tengah gencar-gencarnya membangun infrastruktur, cuma memang tidak otomatis akan menggenjot investasi. Karena butuh proses.
“Makanya jika itu (investasi) belum banyak masuk, ya pemerintah jugs jangan ganggu industri dalam negeri dengan banyak datangkan impor,” cetus Enny.
Untuk itu, kata dia, pemerintah harus memiliki sinergi kebijakan baik itu untuk jangka sangat pendek, pendek, menengah, dan panjang dalam rangka membangun reindustrialisasi.
“Ini penting agar industri dalam negeri bertumbuh positif, investasi banyak masuk, dan daya beli masyarakat tetap terjaga,” tandas Enny.
(Laporan: Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka