Jakarta, Aktual.com — Harga bahan bakar minyak (BBM) solar yang dijual Pertamina lebih mahal dari yang dijual industri, malah disebut Pertamina sebagai ketidakadilan pasar terhadap pihaknya.
Menurut Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto, selama ini Pertamina harus menanggung biaya distribusi dari Aceh sampai Papua. Sementara yang dijual industri hanya di daerah tertentu seperti di Jawa.
“Justru seharusnya ‘market’ itu harus adil. Siapapun yang terjun di bisnis itu. Harus melakukan penugasan di tempat yang sama. Mereka hanya berjualan di daerah-daerah industri di Jawa. Sehingga pasarnya di situ dan ongkosnya sampai di situ saja. Tapi kami, harus melayani dari Aceh sampai Papua,” jelas Dwi di Jakarta, ditulis Senin (1/2).
Di perusahaan swasta, kata dia, melakukan cross subsidi. Sehingga bisa saja yang murah itu di tempat-tempat tertentu saja. Padahal Pertamina harus memikul harga yang sama dari Sabang sampai Merauke. Sehingga ongkos transportasi yang mahal itu harus dipikul.
“Tetapi mereka tidak memikul hal seperti itu. Jadi kadang-kadang kami mendapatkan ketidakadilan di sini. Tapi nanti, kalau kami tidak bisa bersaing dengan industri swasta ya kami akan lihat lagi,” katanya.
Justru yang terjadi saat ini, kalau harga BBM bersubsidi turun, harapannya daya beli masyarakat juga meninggi.
“Tapi kenyataan ketika harga BBM turun malah harga ongkos transportasi tidak mau turun. Dan harga barang juga tidak mau turun. Ini tentu sesuatu yang kontradiksi juga. Ini tentu menjadi perhatian kita semua,” tegasnya.
Pertamina yang menjual BBM solar di SPBU dibanding harga solar industri malah disebut Pertamina tetap tidak menguntungkan ketika harga minyak dunia sedang anjlok.
“Bagi kami, kondisi profit saat ini tidak terlalu besar. Justru konsentrasinya itu bagaimana bisa survive. Jadi profit kecil tidak apa-apa lah,” jelasnya.
Untuk itu, dalam waktu dekat Pertamina tidak akan menurunkan harga BBM subsidi sekalipun minyak dunia anjlok.
“Evaluasinya dalam tiga bulan. Kalau Januari sudah turun, maka akan terjadi di April nanti,” tegas Dwi.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka