Jakarta, Aktual.com – Pengamat politik dari Monash Institute Muhammad Nasih mengkritisi sikap partai Gerindra yang tak kritis terhadap berbagai kebijakan pemerintah saat ini.

Menurutnya, ada beberapa hal yang menyebabkan partai besutan Prabowo Subianto itu tidak kritis terhadap berbagai kebijakan pemerintah.

“Gerindra tidak memiliki kekuatan yang signifikan. Selain itu, Gerindra juga tidak memiliki kekuatan moral yang kuat,” ujar Nasih di Jakarta, Selasa (6/9).

Yang lebih memprihatinkan lagi, lanjutnya, Gerindra tak memiliki kader yang kritis dan ditinggalkan parpol yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP). Padahal, kata dia, jika Gerindra memiliki moralitas itu secara paripurna, maka walaupun sendiri pasti berani. Dan, segala langkah politiknya pasti akan terasa berenergi dan bergigi.

“Maksud hati oposisi, namun di tengah jalan ditinggal oleh parpol-parpol koalisi. Sementara moralitas partai tidak cukup untuk menjadi oposisi sendiri,”

“Kalau tidak bersih betul, jangan coba-coba (oposisi). Bisa-bisa diborgol dan masuk penjara oleh yang sedang berkuasa,” tambahnya.

Menurut dia, oposisi sesungguhnya sikap yang menguntungkan untuk saat ini. Apalagi pemerintahan Jokowi-JK kelihatan sekali kedodoran.

“Ekonomi melorot. Janji meroket, tetapi malah menurun. Banyak pelanggaran hukum dan etika bernegara yang terjadi,” cetusnya.

Prabowo, kata dia, harus mengambil ketegasan menyatakan bahwa semua kader Gerindra harus benar-benar ‘berpuasa’. Sebab, itulah yang akan membuat mereka bisa membangun moralitas politik untuk mengatakan yang benar itu benar dan yang salah harus dihentikan.

Nasih menambahkan, jika Gerindra tak bisa mengambil momentum dengan menjadi oposisi yang kritis, maka partai berlambang Garuda itu akan menelan pil pahit di Pemilu 2019 mendatang.

“Rugi besar. Gerindra tidak akan mendapatkan perhatian masyarakat Bahkan bisa dianggap tidak punya kepedulian terhadap keadaan negara dan rakyat yang sekarang makin buruk,” pungkasnya.

 

*Nailin

Artikel ini ditulis oleh: