Jakarta, Aktual.co — Begitu banyak aliran Muslim Syiah di Timur Tengah, bahkan beberapa di antara mereka saling bertentangan secara keras.
Tak heran jika hal ini kadang-kadang membingungkan buat para pengamat, untuk menentukan yang mana dari sekian aliran itu yang betul-betul merepresentasikan Muslim Syiah. Demikian dinyatakan beberapa diplomat Indonesia sehabis menerima kunjungan Direktur Lembaga Darul Quran, Syekh Hasan Mansouri.
Syekh yang juga salah satu tokoh Syiah di Karbala ini melakukan kunjungan silaturahim ke Dubes RI untuk Irak, Safzen Nourdin, di KBRI Baghdad. Demikian dilaporkan Redaktur Senior Aktual.co, Satrio Arismunandar dari Baghdad, ibukota Irak, Selasa (3/3).
Menurut sejumlah diplomat yang sudah berpengalaman berpindah-pindah tempat tugas di negara-negara Arab, penganut Syiah di Timur Tengah itu ada banyak sekali macamnya, dan hal ini tampaknya kurang dipahami di Indonesia. Karena kurangnya wawasan, semua penganut Syiah dipukul rata dan dianggap sama saja.
Contoh keragaman Syiah adalah warga Houthi, yang sekarang berkuasa di Yaman. Mereka adalah penganut Syiah. Tetapi cara mereka sholat tidak memakai kepingan tanah Karbala untuk sujud. Kalau adzan, mereka tidak menyebut “Ali Waliyullah.” Mereka juga tetap menghormati Abubakar, Umar, dan Utsman sebagai khalifah sebelum Ali. Jadi meski mereka Syiah, tapi pandangan mereka sangat mirip Sunni.
Bahkan ada kelompok Syiah, seperti Syekh Mujtaba al-Shirazi, yang menganggap pimpinan Hizbullah –kelompok Muslim Syiah lain di Lebanon—sebagai kafir. Mujtaba al-Shirazi yang kini berbasis di London, Inggris, bahkan menyamakan pemimpin Syiah Iran, Ayatullah Ali Khamenei, dengan Yazid. Ini serangan yang sangat kasar, karena Yazid adalah khalifah yang memusuhi dan terlibat pembunuhan terhadap Hussein, cucu Nabi Muhammad SAW.
Artikel ini ditulis oleh:












