Kiri-kanan ; Jubir Partai Demokrat Ferdinand Hutahean, Kantor Staf Kepresidenan Wandy Tuturoong, Ketua Presidium PRIMA Sya'roni, Pengamat Politik GIB Adhie Massardi, Pengamat Ekonomi INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara saat menjadi pembicara diskusi Reshuffle Pemerintahan Jokowi/JK di Jakarta, Kamis (23/11/2017). Diskusi yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Masyarakat Madani (PRIMA) dalam tema " Peluang Reshuffle Di Ujung Pemerintahan". AKTUAL/Munzir

Jakarta, Aktual.com – Mantan Juru Bicara Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur), Adhie Massardi menyatakan realisasi program Nawacita Presiden Joko Widodo masih jauh dari yang diharapkan.

Ia pun menganalogikan pemerintah sebagai sebuah kesebelasan sepakbola yang harus melakujan pergantian pemain di sisa waktu permainan untuk mencetak gol dan meraih kemenangan.

“Jadi kira-kira pemerintahan Joko Widodo tinggal 20 menit lagi. Apakah dalam 20 menit bisa berganti pemain kita lihat ke depan,” ucap Adhie dalam sebuah diskusi di Jakarta Selatan, Kamis (23/11).

“Kalau tidak bisa mencetak gol ya perlu diganti. Nawacita belum bisa mencetak gol. Menteri keuangan, Menteri Perekonomian, Menteri BUMN, Menteri PU, lalu Menteri Pertanian,” katanya seraya menyebut pos-pos yang harus diganti.

Adhie mengakui jika perombakan kabinet atau reshuffle, merupakan hak prerogatif dari Presiden. Namun, ia mengingatkan Jokowi untuk tidak menjadikan faktor kedekatan untuk memilih para pembantunya lantaran mantan Walikota Solo dipilih sebagai Presiden oleh rakyat Indonesia.

“Jadi Presiden tidak bisa mengangkat menteri karena faktor teman. Tidak berarti hak itu pribadi presiden, harus ada pertimbangan misinya (Nawacita),” jelasnya.

Lebih lanjut, Adhie juga tidak menafikan kebutuhan Indonesia akan infrastruktur sebagaimana tercantum dalam Nawacita. Hanya saja, lanjutnya, nafas pembangunan tersebut masih terlihat untuk kepentingan bisnis.

Beberapa contoh seperti pembangunan Tol Cipularang yang membuat perekonomian masyarakat mati. Hingga didepaknya beberapa orang dari kabinet karena tidak sesuai permintaan pengembang.

“Menko Maritim Rizal Ramli dulu bangun sektor Kemaritiman untuk rakyat. Saat Rizal Ramli ada nafas Nawacitanya. Tapi ada nafsu pengembang membuatnya didepak,” pungkasnya.

Teuku Wildan A.

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan