Jakarta, Aktual.com — Produk asal China sepertinya merambah pasar Indonesia tak hanya di segmen ritel. Di industri semen pun, produk semen produsen China sudah mulai marak. Padahal dulu, semen-semen China sempat dilarang beredar karena tidak memiliki standar sertifikasinya.
Meski begitu, holding BUMN semen yakni PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, (SMGR) sudah mulai ancang-ancang untuk antisipasi serbuan semen China tersebut.
“Saat ini banyak pemain baru di industri semen. Kalau dulu ada istilah mochin (motor China), kini ada istilah semchin (semen China),” tegas Direktur Utama SMGR, Rizkan Chandra, tanpa mau menyebut merek semen China itu di Jakarta, Jumat (10/6).
Menurut Rizkan, semen-semen China identik dengan merendahkan cost of production. Selain itu, dari sisi cost of financing juga biasanya disokong juga.
“Tapi itu lah cara-cara mereka. Jika kami harus main seperti itu, kami juga siap. Jadi tidak masalah Semen Indonesia harus menang dengan cara lain,” ujar dia.
Meski begitu, selama ini pangsa pasar semen nasional memang sudah dipegang oleh SMGR.
“Selama ini, kami sudah menang (persaingan). Sehingga kami tetap siap bersaing dengan pemain asal China lainnya. Tapi saya akui, para pemain (industri semen) dari China memang cost of financing-nya bagus,” papar dia.
Untuk itu, Rizkan juga berharap aksi korporasi yang dilakukan pihaknya juga perlu mendapat dukung dari lembaga keuangan, seperti perbankan.
“Dukungan financing itu penting agar aksi korporasi kami lebih variatif dan inovatif. Makanya, kami butuh dukungan dari lembaga keuangan,” papar dia.
Sejak tahun lalu, semen asal China mulai marak, salah satunya pabrik semen asal China yang dibangun di Kalimantan. Harga jual semen China memang lebih murah. Pada tahun lalu harganya lebih murah sekitar Rp8.000 dalam per saknya dibanding semen dari SMGR.
Dalam kesempatan ini, agar SMGR lebih berdaya saing, perseroan mendapat kucuran kredit PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar Rp3,96 triliun untuk anak usahanya PT Semen Gresik. Jumlah itu meliputi Rp3,46 triliun sebagai kredit investasi dan Rp500 miliar sebagai kredit modal kerja.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan