Jakarta, Aktual.co —Praktisi Olahraga, Rosi Nurasjati mengatakan olahraga Indonesia harus memiliki manajemen strategi seperti yang dilakukan oleh negara-negara maju seperti Tiongkok, Inggris dan Rusia.

Diungkapkan Rosi bahwa, Indonesia harus meniru semangat Tiongkok. Negeri Tirai Bambu itu membutuhkan puluhan tahun untuk menjadikan atletnya berjaya di kejuaraan dunia.

Begitu juga dengan Rusia. Negeri Adidaya kedua di dunia itu mampu menyiapkan manajemen strategi untuk merevolusi para atlet serta sumber daya manusia (SDM) sejak 30 tahun lalu.

Inggris pun tak mau ketinggalan. Mereka telah melakukan perombakkan besar-besaran terhadap sistem keolahragaannya sejak 2006. Tak tanggung-tanggung, Inggris pun berani mematok target juara umum pada Olimpiade 2016 di Brasil nanti.

Target yang dipasang Inggris pun bukan sembarangan. Sebelumnya mereka telah membuktikan dengan raihan peringkat ke-tiga pada Olimpiade 2012 lalu.

“Lalu bagaimana dengan Indonesia? Sampai sekarang Indonesia belum memiliki standarisasi yang jelas, tak memiliki manajemen strategi,” kata Rosi saat menjadi pembicara dalam seminar bertajuk “Evaluasi Prima dan Standarisasi Prestasi Sebagai Pondasi Sukses Asian Games 2018” di Hotel Twin, Jakarta, Rabu (3/12).

Disampaikan Rosi, hal tersebut bisa dilakukan Indonesia menjelang Asian Games 2018 nanti. Indonesia bisa mulai melakukan manajemen strategi untuk Asian Games 2018.

“Sebelum menarget dapat emas berapa, akan menempati peringkat berapa di Asian Games 2018, alangkah baiknya menganalisis terlebih dulu cabang apa yang akan dipertandingkan. Tidak bisa ngomong jumlah target tanpa melihat kekuatan lawan,” tambahnya.

“Justru, jangan berpatokan pada raihan emas pada Asian Games sebelumnya, kemudian menarget jumlah medali lebih banyak lagi. Ini harus ada kejelasan dan jangan pakai ilmu sim salabim,” tegasnya.

Selain itu, menurut Rosi, atlet dan pelatih juga harus dipersiapkan secara matang. Sebelum masuk pelatnas, lanjut Rosi, setiap atlet perlu ditanyai berani dengan target atau tidak. Karena semangat untuk menjadi lebih baik dapat terlihat dari mental atlet dan pelatih itu sendiri.

“Jika tak berani, pulangkan saja ke daerah dan jangan ikut kejuaraan. Sedangkan untuk pelatih, pilihlah pelatih yang berkualitas dengan sertifikat nasional. Kalau hanya pelatih yang besar di kampung, tapi tak tahu kekuatan luar. Ini bagaikan membawa pasukan ke medan perang dengan hanya membawa bambu runcing, sedangkan lawan sudah membawa bom,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh: