Sejak Indonesia meratifikasi berbagai kebijakan dalam WTO, kata dia, kondisi perekonomian negara Indonesia tidak semakin membaik, bahkan Indonesia yang dahulunya dikenal sebagai negara agraris penghasil produk-produk pertanian bergeser menjadi negara pengimpor produk pertanian seperti kedelai, kentang, bawang putih, garam dan sebagainya.
“Belum lagi aturan WTO tentang pengurangan subsidi yang terus didorong negara maju telah berdampak pada menurunnya produktivitas pertanian dan perikanan akibat tingginya biaya produksi sehingga produk impor dapat mudah masuk pasar domestik dan menimbulkan berkurangnya penyerapan produk lokal,” tegas dia.
Catatan Serikat Petani Indonesia (SPI) menyebutkan, pada tahun 1995 Indonesia mampu memenuhi konsumsi pasar domestik untuk produk bawang putih sebesar 95% dengan total produksi mencapai 279 ribu ton.
“Namun saat ini Indonesia hanya mampu memproduksi sebesar 10% dari kebutuhan nasional dan selebihnya dipenuhi dari impor negara China dan India,” tandas Agus Ruli Ardiansyah, Koordinator Serikat Petani Indonesia (SPI).
Pada saat bersamaan, Susan H Romica dati Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) menambahkan, subsidi yang menjadi fokus pembahasan dalam putaran Argentina dan sering dipermasalahkan oleh negara-negara WTO adalah terkait dengan subsidi sektor perikanan dan produk-produk perikanan.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid