Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said (kanan) didampingi Direktur Eksekutif International Energy Agency (IEA) Fatih Birol (kiri) menyampaikan Laporan Khusus Energi dan Polusi Udara di Jakarta, Selasa (19/7). Laporan khusus tersebut menyoroti skenario IEA dalam menyediakan akses energi yang lebih bersih secara luas dan berkelanjutan melalui teknologi dan kebijakan energi. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/foc/16.

Jakarta, Aktual.com – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada Rabu (20/7) pagi melakukan perombakan pegawai secara besar-besaran. Alhasil sebanyak 431 orang Pejabat Struktural yang terdiri dari Eselon II, III dan IV di lingkungan Kementerian ESDM ‘diacak abis-abisan’.

Menteri ESDM, Sudirman Said beralasan kebijakan itu dilakukannya guna penataan dan penyegaran organisasi dalam rangka peningkatan kinerja Kementerian ESDM.

“Ada banyak proses yang akan kita benahi dan saya kira baik bagi kita semua,” ujar Menteri Sudirman Said dalam keterangan tertulis, Rabu (20/7).

Disamping melakukan perombakan, Sudirman juga membentuk 4 organisasi baru yaitu Biro Organisasi dan Tata Laksana pada Sekretariat Jenderal, Direktorat Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas pada Ditjen Migas, Direktorat Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur EBTKE pada Ditjen EBTKE dan Direktorat Penerimaan Negara Minerba pada Ditjen Minerba.

Namun kebijakan ini disinyalir sebagai upaya untuk menggenjot kinerja Kementerian ESDM agar menjadi lebih baik dan menghindari Sudirman dari ancaman reshuffle yang akan dilakukan oleh Presiden Jokowi dalam waktu dekat.

Jika dilihat secara kinerja, serapan anggaran di Kementerian ESDM hingga bulan Juli ini masih tergolong relatif rendah yakni hanya mencapai 30 persen. Sementara pengamat hukum sumber daya alam dan energi Ahmad Redi menilai sudah selayaknya Sudirman Said direshuffle dari posisinya sebagai menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Pasalnya, Menteri Sudirman gagal mengelola sektor ESDM sejak ditunjuk menjadi menteri tahun lalu.

“Menteri ESDM layak direshuffle. Pasalnya, ketika menjabat menteri ESDM, ada beberapa indikator kegagalan Sudirman. Pertama, terkait sengkarut izin ekspor konsentrat Freeport. Selain itu, kegagalan megaproyek pengadaan 35 ribu megawatt listrik yang menjadi misi andalah dari pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla,” kata Ahmad Redi.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Dadangsah Dapunta
Editor: Andy Abdul Hamid