Ankara, aktual.com – Pemerintah sementara Taliban membantah laporan Dewan Keamanan PBB yang mengklaim sejumlah kelompok teroris, termasuk ISIS, bermunculan di Afghanistan dan memiliki akses ke senjata peninggalan pasukan asing pimpinan AS.
“Keemiran Islam Afghanistan sekali lagi membantah tudingan tak berdasar ini,” kata Taliban.
Mereka menyeru pihak yang menyebarkan isu itu agar transparan, padahal dalam dua tahun terakhir pasukan keamanan Afghanistan telah melancarkan ratusan operasi terhadap senjata ilegal dan ISIS.
“Alhasil senjata dan amunisi disita dan kemampuan operasional ISIS dihancurkan,” kata juru bicara pemerintah Zabihullah Mujahid via X (Twitter) pada Sabtu.
Bantahan itu muncul setelah dua pejabat kontraterorisme PBB mengungkapkan kepada Dewan Keamanan PBB pada Jumat bahwa ISIS dan cabang-cabangnya seperti Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), dibekali senjata kaliber NATO dan terus menjadi ancaman besar di zona konflik serta negara tetangga.
“Siapa saja yang menyampaikan tudingan tak berdasar seperti itu, pati mendapatkan informasi minim atau sedang mendorong kemunculan ISIS yang sudah dilenyapkan dengan propaganda, selain memicu ketidakstabilan di kawasan,” kata dia.
Dia mengklaim bahwa aktivitas ISIS di Afghanistan sudah “dikurangi sampai nihil” selama setahun belakangan.
“Klaim tak berdasar dan tak tercatat soal kehadiran gerombolan ini yang dirilis organisasi internasional sungguh tak bisa diterima,” kata dia.
Mujahid menilai bahwa penyebab utama rumitnya masalah kemanusiaan di Afghanistan adalah sanksi “sepihak” oleh PBB dan sejumlah pihak lain kepada Afghanistan, serta pembekuan aset mereka.
Dia menyerukan agar kebijakan-kebijakan ini segera diubah demi “stabilitas di kawasan.”
Taliban berusaha keras mengendalikan gelombang serangan teroris di seluruh Afghanistan sejak mengambil alih kekuasaan dua tahun lalu.
Pakistan yang bertetangga dengan Afghanistan juga menuding Kabul tidak berbuat cukup dalam menangani ekstremis TTP “yang berbasis di Afghanistan” yang meluncurkan sederet serangan teroris di Pakistan.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Rizky Zulkarnain