“Kepentingannya itu hanya politis. Sebentar lagi mau tahun politik (2018-2019) segala kebijakan yang kurang populis pasti dihindari pemerintah,” jelas Bhima.
Namun, langkah unik menambah belanja subsidi energi di tengah tren penurunan harga minyak di pasaran juga menimbulkan konsekuensi. Harus ada belanja yang dikorbankan. Dan defisit pasti akan melonjak.
Makanya, pemerintah menaikkan defisit dari 2,41 persen jadi 2,92 persen. Kalau dihemat, bisa hanya 2,67 persen. Sehingga dampaknya pemerintah banyak cari utangan baru. Diprediksi akan bertambah Rp33-67,3 t.
“Sebelumnya kebutuhan utang mencapai Rp400 t. Sehingga terancam bengkak menjadi Rp467,3 triliun,” ungkap dia.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka