Jakarta, Aktual.co —  Albert Manoempak Sipahoetar, lahir pada 26 Agustus 1914, dan meninggal dunia pada  5 Januari 1948 di usia 33 tahun. Sering ditulis dengan nama A. M. Sipahoetar merupakan jurnalis Indonesia dan salah satu pendiri kantor berita nasional Antara. Lahir di Tarutung, Hindia Belanda, ia merambah dunia jurnalistik pada usia muda dan memimpin dua kantor berita pada usia sekitar 20 tahun.

Usai bekerja di kota Medan, ia pindah ke ibu kota Batavia (sekarang Jakarta, red) bersama Adam Malik. Pasca bergelut di dunia politik dan periklanan, ia mendirikan Antara bersama tiga wartawan lain, lalu memimpin kantor berita ini selama satu tahun antara 1938 dan 1939. Meski ia masih aktif sebagai wartawan setelah keluar. Kemudian, kondisi kesehatannya memburuk dan ia meninggal dunia di sanatorium dekat Yogyakarta.

Di Antara, Sipahoetar juga menulis artikel politik dan kejahatan dalam sejumlah koran lokal, salah satunya adalah Tjaja Timoer pimpinan Soemanang Soerjowinoto.

Soemanang, yang senang dengan tulisan Sipahoetar, mengundangnya untuk berkolaborasi bersamanya. Mereka berdua tidak senang melihat kantor berita Antara yang memberi sedikit ruang bagi kantor berita lokal. Setelah mempersiapkan selama beberapa bulan, kantor berita Antara didirikan pada tanggal 13 Desember 1937.

Soemanang yang merupakan wartawan senior dijadikan pemimpin redaksi, sedangkan Sipahoetar menjadi redaktur senior. Setelah Soemanang meninggalkan Antara tahun 1938, Sipahoetar diangkat menjadi Redaktur pelaksana (Redpel).

Sipahoetar keluar dari Partindo dan bergabung dengan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) berhaluan anti-fasis pimpinan Amir Sjarifuddin. Gerakan ini memungkinkan dirinya mendirikan majalah baru, Toedjoean Rakjat, pada tahun 1938.

Sekitar tahun 1939, Sipahoetar menderita penyakit paru-paru dan pulang ke Sumatera untuk beristirahat. Jabatannya sebagai Redpel Antara sempat digantikan sementara oleh Alwi Soetan Osman, karyawan Kementerian Kehakiman Hindia Belanda, sebelum karyawan lama Antara Pandoe Kartawigoena menggantikan Osman.

Sipahoetar meninggalkan Domei tidak lama kemudian karena penyakit paru-parunya kambuh kembali. Ia pergi ke Sukabumi untuk istirahat. Ia menikahi perawatnya, Jetraningrat Kartadiwiria, pada tahun 1947. Pada Mei 1947, ia bersama keluarganya pindah ke Yogyakarta, awalnya dengan kereta api dari Sukabumi ke Jakarta, lalu bergabung dengan Hamengkubuwono IX dalam perjalanan ke ibu kota Indonesia yang baru itu.

Ia menghabiskan sisa hidupnya di sebuah Sanatorium di Pakem, sebelah Utara Yogyakarta, dan meninggal dunia di sana pada tanggal 5 Januari 1948.

Jasad Sipahoetar dimakamkan di Yogyakarta dalam upacara pemakaman yang dihadiri sejumlah tokoh politik ternama, termasuk Perdana Menteri Indonesia, Amir Sjarifoeddin. Pada tahun 1978, jasadnya dipindahkan ke TPU Tanah Kusir di Jakarta dan pemakamannya dihadiri Menteri Kabinet Ismail Saleh dan Malik.

Artikel ini ditulis oleh: