Jakarta, aktual.com – Politisi Hanura, Inas N Zubir merasa gerakan Elza Syarief bersama Komunitas Kesehatan Peduli Bangsa, bernuansa politis. Pasalnya sikap yang seolah peduli kemanusiaan atas korban Pemilu itu, baru dilakukan kali ini.
Padahal kata Inas, pada pemilu sebelum-sebelumnya juga ada korban meninggal, namun kala itu tidak ada penyikapan dari Elza Syarief.
“Kenapa 2014 Elza Syarief diam saja. Padahal 2014 juga ada korban. Jadi jangan sampai isu kemanusiaan dipolitisasi. Pemerintah saat ini tetap melakukan penanganan terhadap korban, sebagaimana juga pada 2014,” kata Inas secara tertulis, Kamis (9/5).
Sebagaimana diketahui, pengacara Elza Sarief bersama Komunitas Kesehatan Peduli Bangsa meminta KPU RI menunda penetapan pemenang Pilpres yang tahapannya dijadwalkan pada 22 Mei 2019 mendatang.
Menurut Elza dan Komunitas yang terdiri dari para dokter tersebut bahwa persolan kemanusiaan lebih diutamakan ketimbang menetapkan pemenag pemilu.
“Untuk kemanusiaan, kita minta KPU menghentikan sementara proses tanggal 22 dan menyelesaikan terlebih dahulu tragedi kemanusiaan ini,” kata Elsa di Jakarta, (Kamis, 9/5).
Kemudian Elsa mengaku mengetahui bahwa pada pemilu sebelumnya juga ada korban jiwa, namun katanya pada pemilu 2014 jumlah korban meninggal tidak lebih dari 10 orang, sehingga dia tidak bersikap seperti saat ini.
“Ada (korban jiwa) 2014 tapi korbanya sangat kecil, tidak sampai 10 orang. Kali ini kita bersikap karena korbannya sangat besar dan tidak wajar,” tuturnya.
Namun sesungguhnya berdasarkan data KPU, bahwa korban meninggal pada pemilu 2014 terdapat 144 orang. Hal ini terungkap saat KPU memberi penjelasan kepada Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah.
“Mohon maaf, bung @Fahrihamzah. Berdasarkan data KPU, petugas KPPS yang meninggal dunia pada Pemilu Legislatif 2014 sebanyak 144 orang (saat itu masih 4 surat suara),” kata Komisioner KPU, Pramono Ubaid.
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin